35 Tembang Gambuh Serat Wedhatama

35 Tembang Gambuh Serat Wedhatama

Tembang Gambuh Serat Wedhatama

Selanjutnya, “Guru Gatra” adalah jumlah gatra atau baris dalam setiap bait dalam tembang gambuh. Dalam contoh tersebut, jumlah gatra dalam setiap bait adalah 5.

Dalam keseluruhan pathokane tembang gambuh, Guru Lagu, Guru Wilangan, dan Guru Gatra digunakan sebagai pedoman dalam pengarangan dan pelantunan tembang gambuh. Setiap pathokane tembang gambuh memiliki pola-pola tersebut yang berbeda-beda dan menjadi ciri khas dari masing-masing tembang gambuh.

Definisi Tembang Gambuh Serat Wedhatama

Tembang Gambuh Serat Wedhatama adalah sebuah jenis tembang yang dibawakan secara bersama-sama oleh para penari dan musisi. Tembang ini biasanya dibawakan dalam sebuah pertunjukan seni yang disebut dengan gambuh. Tembang Gambuh Serat Wedhatama biasanya berisi ajaran-ajaran moral dan spiritual yang disampaikan melalui sajak-sajak atau pantun-pantun.

Sejarah dan Asal Usul Tembang Gambuh Serat Wedhatama

Tembang Gambuh Serat Wedhatama memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Bentuk kesenian ini diyakini sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan di Jawa. Dalam perkembangannya, Tembang Gambuh Serat Wedhatama menjadi semakin populer pada masa pemerintahan Raja Paku Buwana II di Kesultanan Yogyakarta.

Pentingnya Tembang Gambuh Serat Wedhatama dalam Budaya Jawa

Tembang Gambuh Serat Wedhatama memiliki peran yang sangat penting dalam budaya Jawa. Selain sebagai bentuk hiburan, Tembang Gambuh Serat Wedhatama juga menjadi sarana untuk menyampaikan nilai-nilai budaya dan ajaran-ajaran spiritual kepada masyarakat. Kesenian ini juga menjadi salah satu simbol keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia yang harus dilestarikan dan dijaga keberlangsungannya.

Isi Tembang Gambuh Serat Wedhatama

Tembang Gambuh Serat Wedhatama merupakan bentuk kesenian tradisional Jawa yang memiliki isi yang kaya dan mendalam. Beberapa hal yang dapat dipelajari dari isi Tembang Gambuh Serat Wedhatama antara lain:

SeratArtinya
Samengko ingsun tuturKelak saya bertutur,
Sembah catur supaya lumunturEmpat macam sembah supaya dilestarikan;
Dhihin raga, cipta, jiwa, rasa, kakiPertama; sembah raga, kedua; sembah cipta, ketiga; sembah jiwa, dan keempat; sembah rasa, anakku !
Ing kono lamun tinemuDi situlah akan bertemu
Tandha nugrahaning Manondengan pertanda anugrah tuhan.

SeratArtinya
Sembah raga punikuSembah raga adalah
Pakartine wong amagang lakuPerbuatan orang yang lagi magang “olah batin”
Susucine asarana saking warihMenyucikan diri dengan sarana air,
Kang wus lumrah limang wektuYang sudah lumrah misalnya lima waktu
Wantu wataking wewetonSebagai rasa menghormat waktu”

SeratArtinya
Inguni uni durungZaman dahulu belum
Sinarawung wulang kang sinerungpernah dikenal ajaran yang penuh tabir,
Lagi iki bangsa kas ngetokken anggitBaru kali ini ada orang menunjukkan hasil rekaan,
Mintokken kawignyanipunmemamerkan ke-bisa-an nya
Sarengate elok elokamalannya aneh aneh

SeratArtinya
Thithik kaya santri DulKadang seperti santri “Dul” (gundul)
Gajeg kaya santri brai kidulBila tak salah, seperti santri wilayah selatan
Saurute Pacitan pinggir pasisirSepanjang Pacitan tepi pantai
Ewon wong kang padha ngguguRibuan orang yang percaya
Anggere padha nyalemongAsal-asalan dalam berucap.

SeratArtinya
Kasusu arsa weruhKeburu ingin tahu,
Cahyaning Hyang kinira yen karuhcahaya Tuhan dikira dapat ditemukan,
Ngarep arep urub arsa den kurebiMenanti-nanti mendapatkan anugrah namun gelap mata
Tan wruh kang mangkono ikuOrang tidak paham yang demikian itu
Akale kaliru enggonNalarnya sudah salah kaprah

SeratArtinya
Yen ta jaman rumuhunBila zaman dahulu,
Tata titi tumrah tumaruntunTertib teratur runtut harmonis
Bangsa srengat tan winor lan laku batinsariat tidak dicampur aduk dengan olah batin,
Dadi nora gawe bingungjadi tidak membuat bingung
Kang padha nembah Hyang Manonbagi yang menyembah Tuhan

SeratArtinya
Lire sarengat ikuSesungguhnya sariat itu
Kena uga ingaranan lakudapat disebut olah,
Dhingin ajeg kapindone ataberiyang bersifat ajeg dan tekun
Pakolehe putraningsunAnakku, hasil sariat adalah
Nyenyeger badan mrih kaotdapat menyegarkan badan agar lebih baik,

SeratArtinya
Wong seger badanipunOrang yang segar badannya,
Otot daging kulit balung sungsumotot, daging, kulit dan tulang sungsumnya menjadi segar,
Tumrah ing rah memarah antenging atiMempengaruhi darah, membuat tenang di hati
Antenging ati nunungkuKetenangan hati membantu
Angruwat ruweding batosMembersihkan kekusutan batin

SeratArtinya
Mangkono mungguh ingsunBegitulah menurut ku !
Ananging ta sarehne asnafunTetapi karena orang itu berbeda-beda,
Beda beda panduk pandhuming dumadiBeda pula garis nasib dari Tuhan
Sayektine nora jumbuhSebenarnya tidak cocok
Tekad kang padha linakontekad yang pada dijalankan itu

SeratArtinya
Nanging ta paksa tuturNamun terpaksa memberi nasehat
Rehne tuwa tuwase mung caturKarena sudah tua kewajibannya hanya memberi petuah
Bok lumuntur lantaraning reh utamiSiapa tahu lestari menjadi pedoman tingkah laku utama
Sing sapa temen tinemuBarang siapa bersungguh-sungguh akan
Nugraha geming kaprabonmendapatkan anugrah kemuliaan dan kehormatan.

SeratArtinya
Samengko sembah kalbuNantinya, sembah kalbu itu
Yen lumintu uga dadi lakujika berkesinambungan juga menjadi olah spiritual
Laku agung kang kagungan NarapatiOlah (spiritual) tingkat tinggi yang dimiliki Raja
Patitis tetesing kawruhTujuan ajaran ilmu ini
Meruhi marang kang momonguntuk memahami yang mengasuh diri (guru sejati/pancer)

SeratArtinya
Sucine tanpa banyuBersucinya tidak menggunakan air
Mung nyunyuda mring hardaning kalbuHanya menahan nafsu di hati
Pambukane tata titi ngati atiDimulai dari perilaku yang tertata, teliti dan hati-hati
Atetep telaten atulTeguh, sabar dan tekun,
Tuladan marang waspaossemua menjadi watak dasar, Teladan bagi sikap waspada.

SeratArtinya
Mring jatining panduluDalam penglihatan yang sejati,
Panduk ing ndon dedalan satuhuMenggapai sasaran dengan tata cara yang benar
Lamun lugu legutaning reh maligiBiarpun sederhana tatalakunya dibutuhkan konsentrasi
Lageane tumalawungterbiasa mendengar suara sayup-sayup dalam keheningan
Wenganing alam kinaotItulah, terbukanya “alam lain”

SeratArtinya
Yen wus kambah kadyekuBila telah mencapai seperti itu,
Sarat sareh saniskareng lakuSaratnya sabar segala tingkah laku
Kalakone saka eneng ening elingBerhasilnya dengan cara; Membangun kesadaran, mengheningkan cipta, pusatkan fikiran kepada energi Tuhan
Ilanging rasa tumlawungDengan hilangnya rasa sayup-sayup
Kono adiling Hyang Manondi situlah keadilan Tuhan terjadi. (jiwa memasuki alam gaib rahasia Tuhan)

SeratArtinya
Gagare ngunggar kayunGugurnya jika menuruti kemauan jasad (nafsu)
Tan kayungyun mring ayuning kayunTidak suka dengan indahnya kehendak rasa sejati,
Bangsa anggit yen ginigit nora dadiJika merasakan keinginan yang tidak-tidak akan gagal
Marma den awas den emutMaka awas dan ingat lah
Mring pamurunging kalakondengan yang membuat gagal tujuan

SeratArtinya
Sayekti luwih perluSungguh lebih penting, yang
Ingaranan pepuntoning lakudisebut sebagai ujung jalan spiritual,
Kalakuwan tumrap kang bangsaning batinTingkah laku olah batin, yakni
Sucine lan awas emutmenjaga kesucian dengan awas dan selalu ingat
Mring alaming lama maotakan alam nan abadi kelak.

SeratArtinya
Ruktine ngangkah ngukutCara menjaganya dengan menguasai, mengambil,
Ngiket ngruket triloka kakukutengikat, merangkul erat tiga jagad yang dikuasai
Jagad agung ginulung lan jagad alitJagad besar tergulung oleh jagad kecil,
Den kandel kumadel kulupPertebal keyakinanmu anakku !
Mring kelaping alam konoAkan kilaunya alam tersebut.

SeratArtinya
Kaleme mawi limutTenggelamnya rasa melalui suasana “remang berkabut”,,
Kalamatan jroning alam kanyutMendapat firasat dalam alam yang menghanyutkan,
Sanyatane iku kanyatan kakiSebenarnya hal itu kenyataan, anakku !
Sejatine yen tan emutSejatinya jika tidak ingat
Sayekti tan bisa aworSungguh tak bisa “larut”

SeratArtinya
Pamete saka luyutJalan keluarnya dari luyut (batas antara lahir dan batin)
Sarwa sareh saliring panganyutTetap sabar mengikuti “alam yang menghanyutkan”
Lamun yitna kayitnan kang mitayaniAsal hati-hati dan waspada yang menuntaskan
Tarlen mung pribadinipuntidak lain hanyalah diri pribadinya
Kang katon tinonton konoyang tampak terlihat di situ

SeratArtinya
Yeku wenganing kalbuYaitu membukanya pintu hati
Kabukane kang wengku winengkuTerbukanya yang kuasa-menguasai (antara cahaya/nur dengan jiwa/roh)
Wewengkone wis kawengku neng sirekiCahaya itu sudah kau (roh) kuasai
Nging sira uga kawengkuTapi kau (roh) juga dikuasai
Mring kang pindha kartika byoroleh cahaya yang seperti bintang cemerlang.

SeratArtinya
Samengko ingsun tuturNanti ingsun ajarkan,
Gantya sembah ingkang kaping caturBeralih sembah yang ke empat
Sembah rasa karasa wosing dumadiSembah rasa terasalah hakekat kehidupan
Dadine wis tanpa tuduhTerjadinya sudah tanpa petunjuk,
Mung kalawan kasing batoshanya dengan kesentosaan batin

SeratArtinya
Kalamun durung luguApabila belum bisa membawa diri,
Aja pisan wani ngaku akuJangan sekali-kali berani mengaku-aku,
Antuk siku kang mangkono iku kakimendapat laknat yang demikian itu anakku !
Kena uga wenang muluk, kalamun wus padha melokArtinya, seseorang berhak berkata apabila sudah mengetahui dengan nyata.

SeratArtinya
Meloke ujar ikuMenghayati pelajaran ini
Yen wus ilang sumelanging kalbuBila sudah hilang keragu-raguan hati
Amung kandel kumandel, amarang ing takdirHanya percaya dengan sungguh-sungguh kepada takdir
Iku den awas den emutitu harap diwaspadai, diingat,
Den memet yen arsa momotdicermati bila ingin menguasai seluruhnya

SeratArtinya
Sabarang tindak tandukSegala tindak tanduk
Tumindake lan sakadaripun,dilakukan ala kadarnya,
Den ngaksama kasisipaning sesami,memberi maaf atas kesalahan sesama,
Sumimpanga ing laku dur,menghindari perbuatan tercela,
Hardaning budi kang ngrodon.(dan) watak angkara yang besar.

SeratArtinya
Dadya weruh iya dudu,Sehingga tahu baik dan buruk,
Yeku minangka pandaming kalbu,Demikian itu sebagai ketetapan hati,
Ingkang buka ing kijab bullah agaib,Yang membuka penghalang/tabir antara insan dan Tuhan,
Sesengkeran kang sinerung,Tersimpan dalam rahasia,
Dumunung telenging batos.Terletak di dalam batin.

SeratArtinya
Endi manis endi madu,Mana manis mana madu,
Yen wis bisa nuksmeng pasang semu,apabila sudah bisa menghayati gambaran itu,
Pasamoaning hebing kang Mahasuci,Bagaimana pengertian sabda Tuhan,
Kasikep ing tyas kacakup,Hendaklah digenggam di dalam hati,
Kasat mata lair batos.sudah jelas dipahami secara lahir dan batin.

SeratArtinya
Ing batin tan kaliruDalam batin tak keliru,
Kedhap kilap liniling ing kalbu,Segala cahaya indah dicermati dalam hati,
Kang minangka colok celaking Hyang Widhi,Yang menjadi petunjuk dalam memahami hakekat Tuhan,
Widadaning budi sadu,Selamatnya karena budi (bebuden) yang jujur (hilang nafsu),
Pandak panduking liru nggonAgar dapat merasuk beralih “tempat”.

SeratArtinya
Nggonira mrih tulus,Agar usahamu berhasil,
Kalaksitaning reh kang rinuruh,Dapat menemukan apa yang dicari,
Nggyanira mrih wiwal warananing gaib,upayamu agar dapat melepas penghalang kegaiban,
Paranta lamun tan weruh,Apabila kamu tidak paham
Sasmita jatining endhog.lihatlah tentang bagaimana terjadinya telur.

SeratArtinya
Putih lan kuningipun,Putih dan kuningnya,
Lamun arsa titah,bila akan mewujud (menetas),
titah teka mangsul,wujud datang berganti,
Dene nora mantra-mantra yen ing lair,tak disangka-sangka, bila kelahirannya
Bisa aliru wujud,dapat berganti wujud,
Kadadeyane ing kono.Kejadiannya di situ !