Sura: Malam 1 Suro bagi PSHT

Malam 1 Sura bagi PSHT

Sura: Malam 1 Suro bagi PSHT
Hari di Malam 1 bulan Sura atau Muharam merupakan hari yang sangat penting bagi Persaudaraan Setia Hati Terate. Sura atau Muharam adalah bulan pertama dalam kalender Islam, dan Malam 1 bulan tersebut merupakan malam yang dianggap sangat mulia oleh umat Islam. Menurut sejarah, pada malam tersebut, Allah SWT menurunkan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Oleh karena itu, Malam 1 bulan Sura atau Muharam dianggap sebagai malam yang penuh berkah dan merupakan simbol kemuliaan agama Islam.
Bagi Persaudaraan Setia Hati Terate, Malam 1 bulan Sura atau Muharam merupakan hari yang sangat penting untuk melakukan ibadah dan berdoa kepada Allah SWT. Persaudaraan Setia Hati Terate juga biasanya mengadakan kegiatan khusus pada hari tersebut yaitu:
  • Pengeceran, Yaitu kegiatan Pengesahan bagi Warga Angkatan SH Terate baru atau anyar.
  • Kegiatan perorangan/ individu, ranting, cabang atau pusat seperti pembersihan pribadi dan sesuatu yang dianggap sakral dan menjadi jimat (barang siji kang dirumat) dengan harapan menjadi sepuh hingga memberikan dampak baik bagi yang dititipi dari yang Maha Kuasa dan juga untuk sekitarnya (sepuh – ono sing dicecep angaria ampuh).
  • Untuk warga yang berkeyakinan agama Islam melakukan kegiatan seperti membaca Al-Quran, shalat berjamaah, dan lain-lain.
Selain itu, Malam 1 bulan Suro atau Muharam juga merupakan momen yang tepat untuk memohon pertolongan dan berkat dari Allah SWT dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
ꦱꦸꦫ ꦝꦺꦴꦩ꧀ꦢꦶ ꦗꦮꦶ ꦢꦶꦤ꧀ꦠꦸꦫ ꦠꦾꦁꦺꦴ ꦔꦢꦶꦚ꧀ ꦤ꧀ꦠꦸꦏꦤ꧀.
 
Persaudaraan Setia Hati Terate
ꦪꦺꦴꦱꦶꦠꦶꦚꦤ꧀ꦗꦮꦶ ꦱꦶꦠꦸ ꦒꦺꦠꦸ ꦠꦒꦺꦫꦮ.

PSHT 1 Sura

Sura adalah nama bulan pertama dalam penanggalan Jawa. Nama “sura” diambil dari peringatan Asyura, yang merupakan peringatan keagamaan pada bulan pertama penanggalan Islam. Bulan Sura berimpit dengan bulan Muharram, meskipun awal atau akhirnya mungkin berbeda. Bulan ini berlangsung selama 30 hari. Pada tanggal 1 Sura, terdapat beberapa ritual yang dilakukan di sejumlah tempat di Pulau Jawa atau oleh kelompok spiritual tertentu. Tanggal 1 Sura atau 1 Muharram adalah hari libur nasional di Indonesia, sebagai “Tahun Baru Hijriyah”.
SH Terate ke arah bulan sura akan melakukan pengesahan terhadap para calon warga anggota SH Teratem meliputi di wilayah Indonesia Khususnya dan Dunia umumnya. Yang mana saat sebelum menjelang acara pengesahan para siswa didik calon Warga SH Terate ini harus melewati seleksi tahapan pengajaran pendidikan fisik, mental, moral dan spiritual dari Siswa Pra Polos, Sabuk Polos atau Ireng/ Hitam, Jambon atau Merah Muda/ (pink), Ijo atau Hijau (green), Puteh atau Putih (pra warga) lalu setelah selesai tahapan hingga selesai Pendadaran maka berhak mengikuti Pengesahan di Malam 1 Sura tersebut namun harus memenuhi semua persyaratan seperti menyediakan :
  1. Ayam Jago (jantan, bukan sembarang ayam jago dan bukan ayam petarung atau ayam yang sakit atau sudah pernah kawin alias harus perjaka jika manusia).
  2. Uang Logam berjenis Koin dengan Nilai Mata Uang Rupiah sebesar 1000 dan sebanyak 36 Enam. (catatan: di tahun 2021 hingga mendatang Uang Logam ini sudah tidak seperti yang terdahulu yaitu harus Uang 1000 dengan corak Kelapa Sawit+Emas sisi 1 dan sisi 2 Garuda – namun karena keterbatasan Uang Logam tersebut maka diganti menggunakan Uang Logam sesuai yang ada).
  3. Gedhang Rojo atau Pisang Raja (Kalau bisa Pisang ini masih menyatu bersama tangkainya sebelum hari H dijalankan sebaiknya biarkan dahulu namun tetap dijaga, dan pastikan Pisangnya yang sisir bagian Atas untuk sebagai Syarat tersebut).
  4. Kain berjenis Mori yaitu sebagai Kafan terhadap Mayit atau orang yang sudah meninggal.
Dari 5 Poin sebagai persyaratan diatas hukumnya Wajib Fardhu Ain bagi Calon Warga Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Sehingga diharapkan setelah selesai melakukan proses pengeceran dan pengesahan serta telah di sah kan mutlak sebagai Warga SH Terate dituntut supaya menjadi Warga yang harus selalu menjunjung Tinggi Rasa Perasaudaraan dan Menjaga Nama Baik SH Terate dan menjalankan sesuai Aturan ketetapan yang diberikan saat wejangan selesai proses pengeceran tersebut.

Arti bulan Suro bagi orang Jawa

Bulan Suro adalah bulan pertama dalam kalender Jawa, yang merupakan bagian dari sistem pengaturan waktu di kalender Jawa. Menurut tradisi Jawa, bulan Suro merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan dan kebaikan, dan merupakan waktu yang baik untuk melakukan berbagai macam aktivitas, seperti melakukan upacara-upacara keagamaan keyakinan. Selain itu, bulan Suro juga merupakan waktu yang tepat untuk melakukan pemeliharaan terhadap rumah dan keluarga, serta untuk memperbaiki hubungan dengan orang lain.

Arti Kata Suro

Arti Kata “Suro” merupakan nama bulan dalam kalender Jawa. Menurut sebagian besar sumber, kata “Suro” berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “pemimpin” atau “penguasa”. Namun, ada juga beberapa sumber yang menyatakan bahwa kata “Suro” berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti “tahun baru”.
Kata Suro dipercayai datang dari Bahasa Arab, yaitu “asyura” yang memiliki arti “sepuluh” yang merujuk di tanggal 10 bulan Muharram. Di tanah Jawa termasuk di masyarakat Jawa umumnya kata Suro jadi lebih mengakar bila dibandingkan dengan Muharam, karena warga muslim yakin jika hari kesepuluh bulan Muharam untuk warga islam bermakna yang paling dalam. Karena hal tersebut kata “Suro” semakin lebih marak didengarkan.

Suro dalam Kalender Jawa

Dalam kalender Jawa, bulan Suro jatuh bersamaan dengan hadirnya bulan Muharam. Hal itu tidak lain lahir saat Sultan Agung mengawali kalender Jawa pada 1 Suro tahun Alip 1555 yang pada waktu itu bersamaan di tanggal 1 Muharam 1043 Hijriah.
Mulai sejak tersebut kalender Jawa mulai exist gantikan kalender Saka punya beberapa umat Hindu. Warga Jawa yakin jika bulan Suro jadi saat yang terbaik untuk seorang individu untuk lakukan mawas diri yang sudah dilakukan dengan tidak tidur sepanjang malam, tidak bicara sepanjang lakukan tapa bisu dan lakukan tirakat yang lain seperti berpuasa.

Pantangan Bulan Suro Secara Umum

Dalam adat Jawa, malam 1 di bulan Suro menurut penanggalan Jawa sering dipandang seperti malam yang sakral dan teramat keramat. Kesakralan malam 1 di bulan Suro bahkan juga dipercayai akan datangkan bencana untuk siapa yang menyalahi beberapa larangan yang sudah mengakar kuat menurut wewaler atau pitutur leluhur menurut ilmu titen.
Ada beberapa hal yang menjadi larangan dari perilaku aktivitas yang tidak layak dilakukan dan dipercayai jika melanggar bakal menerima akibatnya. Berikut 4 hal larangan yang dipercayai kuat secara masyarakat umum atau awam menjadi tidak untuk dilaksanakan sepanjang di bulan Suro:
  1. Dilarang Bicara Saat Lakukan Tapa Bisu
    • Sama seperti yang sudah disebut awalnya, malam 1 Suro dipercayai jadi saat yang pas untuk lakukan mawas diri dengan berkaca dan lakukan refleksi diri dengan lakukan tapa bisu yang diimbangi dengan ritus melingkari benteng keraton.
  2. Melancong Keluar Rumah
    • Warga Jawa yakin jika melancong keluar dari rumah saat malam 1 Suro sebagai gagasan yang jelek. Karena, mereka yang melancong pada malam hari ini dipercayai akan diikuti dengan kemalangan.
  3. Berpindah Rumah
    • Adat Jawa mempunyai keyakinan jika ada hari baik dan hari jelek. Merujuk pada hal itu, malam 1 Suro menjadi satu diantara hari jelek jika seorang akan beralih rumah, karena dicemaskan akan datangkan kemalangan dan musibah.
  4. Melangsungkan Acara (Acara pesta Pernikahan)
    • Bukan jadi rahasia kembali jika orangtua Jawa umumnya tidak menikahkan anaknya pada bulan Suro. Hal itu karena keyakinan mereka yang menjelaskan jika melangsungkan acara pesta pernikahan pada bulan Suro bukan waktu yang akurat.
Terkait dari 4 dogma yang berkaitan terhadap larangan dan hal yang jangan dilaksanakan pada bulan Suro atau Muharam. Dogma itu lahir dari asumsi jika bulan Suro sebagai bulan yang agung dan mulia yang dipercayai sebagai bulan punya si pembuat Gusti Allah si maha agung.
Karena kemuliaan bulan ini, warga Jawa yakin jika tidak sepantasnya manusia yang notabennya sebagai seorang hamba yang kurang kuat dan tidak begitu kuat untuk menandingi kemuliaan bulan punya si Gusti Allah yaitu bulan Suro dengan lakukan hajat besar seperti halnya melancong atau berpergian jauh tanpa tujuan yang sacral guna merujuk penyatuan kepada sanga Maha Kuasa, melakukan perindahan tempat tinggal dan sampai melakukan pernikahan pada bulan Suro (oleh karenya pernikahan biasa yang umunya dilakukan di bulan Besar sebelum bulan Suro).

Leave a Comment