Arti Tali pada Baju PSHT
Seragam sakral seorang siswa dan warga Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) selalu memiliki makna yang tersirat di setiap bagiannya. Dari warna hitam pada baju seragam hingga simpul balik pada tali wangsul, setiap elemen memiliki arti yang kuat dan penting bagi para warga PSHT. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara detail makna dari tali pada baju seragam PSHT, mulai dari tali kur, simpul balik, hingga tali wangsul yang memiliki makna yang berbeda-beda.
Makna Warna Hitam Pakaian Sakral PSHT
Warna hitam pada baju seragam PSHT memiliki makna yang sama dengan warna dasar pada lambang PSHT, yakni kekal dan abadi. Ini berarti bahwa warna hitam tidak mudah terpengaruh oleh warna lain dan tidak mudah kotor. Secara filosofis, warna hitam menunjukkan kualitas dan martabat seorang Warga PSHT.
Arti Kerah atau Krah/Gulon Leher Pakaian Sakral PSHT
Kerah atau krah pada leher baju seragam PSHT memiliki makna yang penting bagi seorang Warga. Isi paragraf berkaitan dengan makna kerah/krah akan ditulis selanjutnya.
Arti Lima Lubang Kancing pada Pakaian Sakral PSHT
Baju seragam PSHT memiliki 10 lubang kancing, 5 di sebelah kanan dan 5 di sebelah kiri. Namun, jika dilihat sebagai satu garis ketika terhubung dengan tali kur, maka jumlah lubang kancing tersebut adalah 5. Lubang kancing ini menyimbolkan 5 ajaran dasar yang diajarkan di PSHT, yakni Persaudaraan, Olahraga, Beladiri, Kesenian, dan Ke-SH-an.
Tali Ikat Jenis Kur Warna Putih pada Pakaian Sakral PSHT
Tali kur pada baju seragam PSHT memiliki dua makna penting, yakni:
Makna Mengikat 5 Lubang Kancing
Istilah “mengikat 5 lubang kancing” pada tali kur di PSHT memiliki makna yang kuat dan penting bagi setiap siswa. Tali kur menyatukan 5 lubang kancing sebagai simbol dari 5 ajaran dasar PSHT, yang mewakili kesatuan dan integritas materi yang harus dipahami dan diterapkan oleh setiap siswa. Setiap siswa harus memahami bahwa materi Panca Dasar adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus dipelajari dan diterapkan dengan serius dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, mengikat 5 lubang kancing pada tali kur menjadi simbol penting bagi setiap siswa PSHT untuk memahami dan menjunjung tinggi ajaran dasar tersebut.
5 Panca Dasar tersebut terdiri dari:
- Persaudaraan
- Olahraga
- Beladiri
- Kesenian
- Ke-SH-an
Arti Warna Putih pada Tali Kur Pakaian Sakral PSHT
Warna putih pada tali kur PSHT menunjukkan kesucian dan kebersihan hati dan pikiran seorang Warga PSHT. Ini menegaskan bahwa dalam menyampaikan dan melaksanakan materi Panca Dasar, seorang Warga PSHT harus memiliki hati dan pikiran yang suci dan bersih dari pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang tidak baik.
Hal ini sangat penting karena memastikan bahwa Warga PSHT tidak terpengaruh oleh hal-hal yang negatif dan dapat menyampaikan dan melaksanakan materi Panca Dasar dengan baik dan benar. Warna putih pada tali kur juga menunjukkan bahwa seorang Warga PSHT memiliki tekad dan niat yang kuat untuk hidup dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran-ajaran yang diterima.
Dengan memiliki hati dan pikiran yang suci dan bersih, seorang Warga PSHT dapat menjadi contoh bagi lingkungan sekitar dan membantu dalam membentuk masyarakat yang lebih baik dan berkualitas.
Arti Simpul Balik (Tali Wangsul) Pakaian Sakral PSHT
Simpul balik atau tali wangsul memiliki arti mengikat rasa persaudaraan sesama anggota PSHT. Simpul balik menjadi simbol bagi Warga Setia Hati Terate untuk saling menjaga dan menunjukkan rasa kekeluargaan. Melalui simpul balik, anggota PSHT diharapkan dapat mempererat tali silaturahmi dan membangun hubungan yang lebih erat.
Dengan memahami arti simpul balik, anggota PSHT dapat menunjukkan rasa solidaritas dan membantu sesama anggota yang membutuhkan. Hal ini akan membantu dalam membangun komunitas yang harmonis dan damai. Oleh karena itu, simpul balik menjadi bagian penting dari nilai-nilai yang dianut oleh Warga Setia Hati Terate dan harus dijunjung tinggi oleh setiap anggotanya.
Arti Ujung Lengan Baju Longgar Pakaian Sakral PSHT
Setelah membahas tentang arti dari tali kur, sekarang mari kita bahas tentang arti dari ujung lengan baju longgar. Ujung lengan baju sakral PSHT memiliki model yang longgar, dengan tujuan agar anggota PSHT dapat melakukan pukulan dengan leluasa dan efektif. PSHT memiliki teknik-teknik tertentu dalam melakukan pukulan yang memerlukan gerakan tangan yang bebas dan tidak terhalang. Oleh karena itu, model baju sakral PSHT yang longgar akan membantu anggota dalam menampilkan performa pukulan yang terbaik.
Dengan menjaga ujung lengan baju tetap longgar, anggota PSHT dapat melakukan aksi pukulan dengan maksimal dan tanpa hambatan, sehingga tujuan melatih diri dalam bidang bela diri akan tercapai dengan baik.
Para anggota Warga PSHT harus memahami bahwa ujung lengan baju sakral yang longgar memiliki makna yang dalam. Hal ini tidak hanya mempermudah dalam melakukan aktivitas, tetapi juga mengacu pada perilaku yang baik bagi seorang anggota PSHT. Dalam istilah Jawa, “ngandhel karepe dhewe” berarti “semaunya sendiri”. Namun, hal ini tidak boleh menjadi parameter hidup bersosial masyarakat karena melanggar norma hidup baik bagi sesama. Konsep ini menegaskan bahwa tidak semua yang dianggap benar oleh individu pasti benar juga bagi masyarakat umum. Oleh karena itu, sebagai anggota PSHT harus memahami dan mempraktikkan perilaku yang baik sesuai dengan norma dalam hidup bersosial masyarakat.
Arti Lipatan Dibelakang Baju Sakral PSHT
Lipatan dibelakang baju memiliki arti bahwa seseorang harus selalu memiliki sikap dan tindakan yang sederhana dan tidak terlalu banyak memperlihatkan kekayaan atau kemewahan. Ini berarti bahwa seseorang harus memiliki sikap dan tindakan yang tidak terlalu sombong atau angkuh, karena hal itu akan mempengaruhi hubungan dengan orang lain.
Sikap sederhana dan tidak terlalu banyak memperlihatkan kekayaan atau kemewahan juga akan membuat seseorang lebih mudah diterima dan diterima oleh orang lain. Seorang Warga Setia Hati Terate harus memiliki sikap dan tindakan yang sederhana dan tidak terlalu banyak memperlihatkan kekayaan atau kemewahan, agar dapat bekerja sama dan bersosialisasi dengan baik dengan orang lain.
Arti Celana Gembor atau Gojak Gajek Sakral PSHT
Celana gojak gajek memiliki arti bahwa seseorang harus memiliki sikap dan tindakan yang bebas dan tidak terlalu terikat dengan hal-hal yang membatasi. Ini berarti bahwa seseorang harus memiliki sikap dan tindakan yang tidak terlalu terikat dengan aturan atau batasan, karena hal itu akan membatasi dan membuat seseorang tidak dapat berkembang.
Sikap dan tindakan yang bebas dan tidak terlalu terikat dengan hal-hal yang membatasi juga akan membuat seseorang lebih mudah bereksplorasi dan menemukan hal-hal baru. Seorang Warga Setia Hati Terate harus memiliki sikap dan tindakan yang bebas sehingga mereka dapat mengejar cita-cita dan mimpi mereka tanpa terhalang oleh hal-hal yang membatasi. Celana gojak gajek juga menunjukkan bahwa seseorang harus memiliki kebebasan dan fleksibilitas dalam berpikir dan bertindak.
Arti celana gojak gajek juga meliputi bahwa seseorang harus memiliki sikap dan tindakan yang tidak terlalu terikat pada hal-hal yang konvensional. Ini berarti bahwa seseorang harus memiliki keberanian untuk berpikir di luar kotak dan mencoba hal-hal baru, meskipun itu berarti melanggar aturan atau tradisi yang ada.
Sikap dan tindakan yang bebas dan tidak terlalu terikat membuat seseorang lebih mandiri dan berani dalam mengambil keputusan dan membuat pilihan-pilihan hidup. Hal ini juga membuat seseorang lebih percaya diri dan tidak takut untuk mengejar cita-cita dan mimpi mereka.
Dengan demikian, celana gojak gajek memiliki arti yang sangat penting bagi seseorang yang ingin hidup dengan bebas dan tidak terikat oleh hal-hal yang membatasi. Namun tentu saja dalam memiliki sikap dan tindakan bebas yang tidak terikat dengan hal-hal yang membatasi tidak berarti membiarkan diri berjalan di jalan yang salah dan melanggar aturan yang diterima secara umum dalam masyarakat. Dalam hidup, kita harus memiliki parameter yang jelas yang menentukan jalan hidup yang benar dan sesuai dengan ajaran agama. Kita juga harus mematuhi norma dan aturan dalam hidup bermasyarakat, karena hal itu akan membantu menjaga keseimbangan dan kedamaian hidup bersama.
Dengan mematuhi aturan dan norma tersebut, diharapkan tidak memberikan dampak negatif pada diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Ini penting untuk menjaga kebahagiaan dan keamanan dalam hidup, dan untuk menghormati Tuhan yang Maha Kuasa.