Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate

Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate

Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate

Persaudaraan Setia Hati Terate memiliki Falsafah Ajaran yang diambil dari Ajaran Leluhur yang Berbudi Luhur Jawa

“Jer Lahir Utus Aning Bathin” ialah satu nasihat dalam warga Jawa berkenaan kesesuaian di antara batin dengan jasad yang terlihat. Tujuannya, adab yang sudah terbiasakan ialah realisasi dari keadaan batin yang betul-betul “mapan”. Kesucian hati-lah yang hendak pancarkan sinar dalam kemuliaan adab.

<a href="https://pshteratemas.blogspot.com/"><img data-src="PSHTerate-Hati-Bersinar-Bunga-Teratai.png" alt="Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate"></a>

Manusia Dapat Dihancurkan, Manusia Dapat Dimatikan, Akan Tetapi Manusia Tidak Dapat Dikalahkan Selama Manusia Itu Setia Pada Hatinya Sendiri Atau ber-SH Pada Dirinya Sendiri.

Selama Matahari Masih Terbit Dari Timur, Selama Bumi Masih Dihuni Manusia, Selama Itu Pula Persaudaraan Setia Hati Terate Akan Tetap Jaya Abadi Selama – lamanya.

Sepira Gedhening Sengsara Yen Tinampa Amung Dadi Coba, yang berarti “seberapa pun besarnya kesengsaraan jika mampu menerimanya hanya akan jadi cobaan semata”.

Ala Tanpa Rupa Yen Tumandhang Amung Sedhela, yang berarti “setiap rasa kesusahan, keburukan, serta masalah-masalah apabila dijalani dengan berlapang dada maka kemudian terasa sebentar saja”.

Tega Larane, Ora Tego Patine, yang secara harfiah berarti “tega melihat sakitnya, tidak tega melihat matinya”. Yang mana maksudnya adalah warga PSHT berani menyakiti seseorang dalam rangka memperbaiki bukan merusak (membunuh).

Suro Diro Joyo Diningrat Lebur Dening Pangastuti, yang berarti “segala kesempurnaan hidup dapat diluluhkan dengan budi pekerti luhur”.

Satria Ingkang Pilih Tanding, yang secara harfiah berarti “seorang kesatria mampu memilih lawan”. Maksudnya seseorang berjiwa kesatria hanya mau melawan orang yang mampu menghadapinya, bukan orang yang lemah daripadanya”.

Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha, yang berarti “mendatangi tanpa kawan, menang tanpa mengalahkan, sakti tanpa kesaktian dan kaya tanpa kekayaan”.

Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan, yang artinya “jangan sakit hati kala musibah menimpa, jangan susah kala kehilangan”.

<a href="https://pshteratemas.blogspot.com/"><img data-src="Lambang-SH-Terate-Hati-dan-Bunga-Teratai-Emas-3.png" alt="Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate"></a>

Ojo Seneng Gawe Susahe Liyan, Opo Alane Gawe Seneng Liyan, yang artinya “jangan suka menyusahkan orang lain, apa jeleknya membahagiakan orang lain”.

Ojo Waton Ngomong Ning Yen Ngomong Sing Gawe Waton, yang artinya “jangan hanya bisa bicara namun harus bisa membuktikan”.

Ojo Rumongso Biso Ning Sing Biso Rumungso, yang artinya “jangan merasa bisa, namun juga harus bisa merasakan”.

Ngunduh Wohing Pakarthi, yang artinya “siapa yang berbuat pasti akan menerima hasil perbuatannya”.

Jer Basuki Mawa Beya, yang artinya “segala kesuksesan membutuhkan pengorbanan”.

Budhi Dayane Manungso Tan Keno Ngluwihi Kodrate Sing Maha Kuwoso, yang berarti “segala daya upaya manusia tidak akan bisa melebihi ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa”.

Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara, yang secara harfiah berarti “memperindah keindahan dunia serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak pada diri”.

Sepiro duwurmu ngudi kawruh, sepiro jeromu ngangsu ngilmu, sepiro akehe guru ngajimu tembe mburine mung arep ketemu marang sejatine awake dewe, yang berarti “seberapa tinggimu mencari pengetahuan, seberapa dalammu menuntut ilmu, seberapa banyak guru yang mengajarmu, tetap bergantung pada dirimu sendiri”.

Sopo sing wus biso nemoake sedulur batine kakang kawah adi ari-ari papat kiblat lima pancer, sejatine wus nemu guru sejatine.

Sekti tanpo aji digdoyo tanpo guru, yang berarti “sakti tanpa kesaktian, hebat tanpa guru”.

Kridhaning ati ora bisa mbedhah kuthaning pesthi, yang berarti “gejolak jiwa (seharusnya) tidak mengubah kepastian”.

Amemangun karyenak tyasing sesama, yang berarti “membuat nyaman perasaan orang lain”.

Sukeng tyas yen den hita, yang berarti “suka/bersedia menerima nasihat”.

Aja Adigang, Adigung, Adiguna, yang berarti “jangan sok kuasa, sok besar dan sok sakti”.

Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo, yang berarti “jangan tergoda kemewahan, jangan mudah mendua agar semangat tidak kendur”.

Sing Resik Uripe Bakal Mulya, yang berarti “yang bersih hidupnya akan mulia”.

Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Sing Was-was Tiwas, yang berarti “jangan sok pintar karena akan salah arah, jangan suka berbuat curang karena akan celaka, yang ragu-ragu akan binasa”.

Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman, yang berarti “jangan terobsesi kedudukan, keduniawian dan kepuasan”.

Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman, yang berarti “jangan mudah heran, jangaan mudah kecewa, jangan mudah kaget, jangan manja”.

Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli, yang berarti “bekerja dengan giat tanpa pamrih, cepat tanpa mendahului dan tinggi tanpa menandingi”.

Urip Iku Urup, yang secara harfiah artinya “hidup itu menghidupi”. Maksudnya dalam hidup harus bisa menjadi manfaat bagi orang lain.

Sak Apik-apike Wong Yen Aweh Pitulung Kanthi Cara Dedhemitan, yang berarti “sebaik-baiknya orang adalah memberi pertolongan dengan tanpa ingin diketahui orang lain”.

<a href="https://pshteratemas.blogspot.com/"><img data-src="Hati-Bersinar-dan-Bunga-Teratai.jpg" alt="Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate"></a>

Leave a Comment