Gambaran PSHT: Persaudaraan Setia Hati Terate

Gambaran PSHT: Persaudaraan Setia Hati Terate

Gambaran PSHT

Gambaran PSHT yang sebenarnya adalah Persaudaraan Setia Hati Terate, yaitu sebuah organisasi yang berorientasi di bidang pendidikan seni bela diri pencak silat. Seni bela diri pencak silat merupakan budaya asli Indonesia yang memiliki sejarah dan filosofi tersendiri. Dalam artikel ini, saya akan membahas gambaran PSHT dari berbagai aspek penting, seperti asal-usul, kegiatan, prinsip atau azas SH Terate, dedikasi dari tokoh SH Terate sebagai panutan, keunggulan, keanggotaan, pendidikan, dan hubungan dengan masyarakat.
Gambaran PSHT: Persaudaraan Setia Hati Terate

Sejarah Gambaran PSHT

Untuk memahami sejarah gambaran PSHT, kita perlu melacak asal-usul Setia Hati, yaitu dengan melacak kembali dari sejak awal Setia Hati didirikan pada tahun 1903 oleh Ki Ngabehi Soero Diwirjo sebelum PSHT didirikan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo. Dan sejak didirikannya Setia Hati oleh Ki Ngabehi Soero Diwirjo pada tahun berikutnya, akan ada sebuah pemberadapn baru terkait Setia Hati yaitu dari seorang tokoh Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang lahir pada tahun 1883 Masehi di daerah Winongo, Kota Madiun. Masa kecilnya dihabiskan di daerah tersebut sampai remaja. Sebelum mendirikan SH PSC, Ki Hadjar Hardjo Oetomo terlebih dahulu magang sebagai guru di SD Banteng Madiun, namun tidak betah dan bekerja di Leerling Reambate di SS (PJKA) Bondowoso, Panarukan, dan Tapen. Pada tahun 1906, Ki Hadjar keluar dari PJKA dan menjadi Mantri Pasar Spoor Madiun di Mlilir. Jabatannya terakhir adalah sebagai Ajudan Opsioner Pasar Mlilir, Dolopo, Uberan, dan Pagotan (wilayah selatan Madiun).
Gambaran PSHT Pada tahun 1916, Ki Hadjar bekerja di pabrik gula Redjo Agung Madiun dan pada tahun berikutnya, yaitu 1917, ia menjadi saudara SH dan dikecer langsung oleh Ki Ngabei Soerodiwirjo, pendiri Persaudaran Setia Hati. Pada tahun ini, Ki Hadjar bekerja di stasiun kereta api Madiun hingga menjabat Hoof Komisaris. Pada tahun 1922, ia bergabung dengan organisasi Syarekat Islam (SI) dan Boedi Oetomo untuk berjuang dalam pergerakan melawan penjajahan Pemerintah Belanda. Pada tahun itu juga, ia mendirikan Setia Hati Pencak Sport Club di Desa Pilangbango, Madiun untuk melatih pemuda yang tergabung dalam Syarekat Islam maupun Boedi Oetomo. Organisasi ini kemudian berkembang dan bernama Persaudaraan Setia Hati Terate hingga ke daerah Nganjuk, Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo, dan Yogyakarta.
Pada tahun 1925, Ki Hadjar ditangkap oleh Pemerintah Belanda dan dipenjara selama 15 tahun di Cipinang, kemudian dipindahkan ke Padang, Sumatra Barat. SH PSC dibubarkan Belanda karena terdapat kata “pencak”. Setelah pulang dari masa tahanan, ia mengaktifkan kembali SH PSC, dan untuk menyesuaikan keadaan, kata “pencak” pada SH PSC diubah menjadi “pemuda”. Perubahan tersebut semata-mata hanya untuk mengelabui Belanda agar tidak dibubarkan kembali. Ki Hadjar bertahan bersama SH PSC sampai tahun 1942, bersamaan dengan datangnya Jepang ke Indonesia. Ki Hadjar Hardjo Oetomo meninggal pada tanggal 13 April 1952 dan dimakamkan di TPU Desa Pilangbango, Kota Madiun, Jawa Timur.

Metodologi 5 Panca Dasar terkait Gambaran PSHT

Sebagai anggota warga PSHT, harus meneladani Metodologi terhadap seperangkat Prinsip atau Azas terkait 5 Panca Dasar Setia Hati Terate, yang meliputi hal-hal berikut:
PANCA DASAR “SETIA HATI TERATE”
  1. PERSAUDARAAN: Persaudaraan mengajarkan nilai-nilai kekeluargaan di antara anggota Setia Hati Terate, sehingga terbentuklah sebuah komunitas yang saling mendukung dan merasa seperti saudara sekandung.
  2. OLAHRAGA: Olahraga mengajarkan pentingnya menjaga kesehatan jasmani sebagai modal utama dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Olahraga juga mengajarkan kedisiplinan dan keuletan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
  3. KESENIAN: Kesenian mengajarkan keindahan dan nilai-nilai estetika. Anggota Setia Hati Terate diajarkan untuk menghargai seni dan budaya Indonesia, sehingga dapat menghasilkan karya seni yang bernilai tinggi.
  4. BELA DIRI: Bela diri mengajarkan pentingnya membela keadilan dan kelestarian hidup. Bela diri tidak hanya sekadar pencak silat, tetapi juga mengajarkan cara-cara untuk mempertahankan diri dengan cara yang sopan dan santun.
  5. KEROHANIAN: Kerohanian mengajarkan nilai-nilai spiritual dan kesempurnaan hidup. Anggota Setia Hati Terate diajarkan untuk memiliki keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga mampu mencapai kehidupan yang lebih bermakna dan memiliki nilai-nilai moral yang tinggi.
Secara keseluruhan, kelima azas tersebut menjadi dasar bagi pembentukan karakter yang kuat dan bermartabat, khususnya bagi anggota Setia Hati Terate. Melalui penerapan prinsip-prinsip tersebut, diharapkan anggota Setia Hati Terate dapat menjadi sosok yang berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.
<a href="https://www.pshterate.com/"><img src="Metodologi 5 Panca Dasar terkait Gambaran PSHT.jpg" alt="Gambaran PSHT: Persaudaraan Setia Hati Terate"></a>

Gambaran PSHT terhadap Azas Kepemimpinan

Kepemimpinan yang benar haruslah berlandaskan pada kebenaran yang mendasar yang dapat ditemukan di dalam kebudayaan dan kepribadian suatu bangsa. Maka dari itu, asas kepemimpinan di Indonesia haruslah merujuk pada falsafah bangsa Indonesia, yakni Panca SH yang merefleksikan nilai-nilai mulia dari Panca Dasar Setia Hati.

11 Azas dan Fungsi Kepemimpinan

Manifestasi kepemimpinan Pancasila dijabarkan dalam 11 Azaz yang amat kompleks, yaitu:
  1. Taqwa: Seorang pemimpin haruslah memiliki taqwa dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan sungguh-sungguh agar ia dapat menunaikan kewajiban dan amanahnya dari Allah serta manusia. Orang yang bertakwa cenderung merasa tenang, damai, gembira, bahagia, tabah, sabar, dan tawakal.
  2. Ing Ngarso Sung Tulodho: Seorang pemimpin seharusnya bisa memberikan teladan yang baik dengan berdiri di depan dan menjauhkan diri dari perilaku yang tidak pantas.
  3. Ing Madyo Mangun Karso: Seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat anak buahnya melalui hubungan dan dialog yang dekat, kekeluargaan, terbuka, obyektif, dan saling pengertian.
  4. Tut Wuri Handayani: Seorang pemimpin harus mampu memberikan dorongan pada anak buahnya agar tidak terlalu berkuasa dan dapat mencapai prestasi yang baik.
  5. Waspodho Purbawasesa: Seorang pemimpin harus selalu berwaspada dan berani memberikan koreksi yang tepat pada anak buahnya. Selain itu, ia harus senantiasa mencegah pengaruh negatif yang dapat merusak mental dan moral anak buahnya, serta dapat mengidentifikasi anak buahnya yang memiliki dedikasi dan prestasi yang tinggi.
  6. Ambek Parumarto: Seorang pemimpin seharusnya memiliki kemampuan untuk memilih tindakan yang paling tepat dalam melaksanakan program kerjanya. Konsep ini melibatkan prinsip efisiensi dan efektivitas ekonomi agar dapat mengurangi risiko dan mengambil keputusan yang tepat.
  7. Prasojo: Seorang pemimpin harus memiliki kreativitas dalam berpikir dan perilaku yang lebih baik untuk mengatasi setiap masalah dengan kemampuan berpikir kritis dan inovatif.
  8. Setia: Seorang pemimpin harus bersikap loyal dan rela demi kepentingan bawahan dan organisasi. Sikap ini akan memperkuat hubungan antara pemimpin dan bawahan serta membentuk rasa saling percaya yang baik dalam organisasi.
  9. Gemi Nastiti: Seorang pemimpin harus dapat mengelola keuangan organisasi dengan benar dan menghemat pengeluaran yang tidak perlu.
  10. Bloko: Seorang pemimpin harus memiliki keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakannya dan mengakui kesalahan yang dilakukan. Pemimpin juga harus memiliki sifat ksatria dengan tidak menutupi kelemahan dan kesalahan yang ada.
  11. Legowo: Seorang pemimpin harus siap untuk melepaskan jabatannya pada waktu yang tepat dan mempersiapkan generasi berikutnya untuk mengambil alih kepemimpinan. Sebagai pemimpin, tidak ada jaminan bahwa posisi akan tetap dipegang selamanya.

Gambaran PSHT tentang Kepemimpinan

Sangatlah penting untuk memahami gambaran PSHT tentang Azas Kepemimpinan. Seorang pemimpin harus memiliki sikap yang berbeda dari orang-orang yang dipimpinnya. Sikap tersebut meliputi pemikiran dan penalaran rokhani serta jasmani. Ada beberapa norma atau ciri-ciri kepemimpinan yang baik, antara lain:
  1. Memiliki wibawa
  2. Jujur
  3. Dapat dipercaya
  4. Bijaksana
  5. Mampu mengayomi
  6. Berani untuk introspeksi diri
  7. Dapat melihat ke depan
  8. Berani dan mampu mengatasi kesulitan
  9. Bersikap tegas dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil
  10. Sederhana dan penuh pengabdian pada tugas dan kewajiban
  11. Memiliki sifat ingin tahu dan mendorong bawahannya untuk banyak berpikir dan belajar demi mencapai tujuan organisasi.
Perlu diingat bahwa inti dari kepemimpinan adalah pengambilan keputusan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus berhati-hati dan mempertimbangkan keputusan yang diambilnya serta berani bertanggung jawab atas keputusan tersebut, tanpa takut akan risiko apapun.

Gambaran Kegiatan PSHT

Gambaran PSHT terhadap Fungsi Utama Kegiatannya terdiri dari latihan dan pertandingan. Latihan di PSHT meliputi teknik dasar, keterampilan bertarung, dan doa-doa khusus. Sedangkan dalam pertandingan, PSHT mengajarkan keterampilan bertarung dan menghargai kehormatan diri lawan. Doa dalam PSHT merupakan bagian penting dari kegiatan spiritualitas di PSHT. Doa-doa khusus ini memperkuat hubungan antara anggota dengan Tuhan dan memberikan kekuatan dalam menghadapi rintangan.
    • Keanggotaan PSHT

Untuk menjadi anggota PSHT, terdapat beberapa syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi. Namun, menjadi anggota PSHT memiliki banyak keuntungan, seperti meningkatkan keterampilan bertarung, karakter pribadi, serta memiliki jaringan yang luas dengan anggota PSHT lainnya di seluruh Indonesia.

    • Pendidikan PSHT

Program pendidikan PSHT terdiri dari beberapa tingkat dan memiliki kurikulum yang disesuaikan dengan tingkat keahlian anggota. Selain itu, terdapat juga kursus PSHT yang dapat diikuti untuk meningkatkan keterampilan bertarung. Sertifikasi PSHT juga dapat diperoleh oleh anggota yang telah memenuhi kriteria yang ditentukan.

    • Hubungan PSHT dan Masyarakat

PSHT telah memberikan kontribusi yang besar dalam masyarakat Indonesia, terutama dalam hal pemberdayaan masyarakat dan membantu korban bencana alam. Kegiatan sosial PSHT telah membantu banyak orang dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Satria Pilih Tanding menurut Gambaran PSHT

PSHT atau Persaudaraan Setia Hati Terate adalah sebuah perguruan silat yang memiliki sejarah panjang dan kaya akan nilai-nilai kejujuran, keberanian, dan keadilan. Bagi warga PSHT, menjadi seorang Satria Ingkang Pilih Tanding adalah suatu kehormatan dan tanggung jawab yang besar.
Untuk menjadi seorang Satria Ingkang Pilih Tanding, warga PSHT harus memiliki kualitas diri yang baik. Hal ini meliputi kejujuran dalam bertindak, keberanian dalam menghadapi segala tantangan, serta kesabaran dan ketekunan dalam mengembangkan kemampuan fisik maupun mental.
Selain itu, warga PSHT juga harus memahami dan menghayati nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh Persaudaraan Setia Hati Terate, seperti kesetiaan, keikhlasan, dan pengabdian kepada sesama. Dalam praktiknya, hal ini ditunjukkan dengan selalu mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi.
Seorang Satria Ingkang Pilih Tanding juga harus mampu mengendalikan emosi dan menjaga sikap yang tenang serta bijaksana dalam mengambil keputusan. Kemampuan ini sangat penting dalam menghadapi situasi yang sulit dan memerlukan keputusan yang tepat dan cepat.
Terakhir, seorang Satria Ingkang Pilih Tanding harus selalu berlatih dan mengasah kemampuan fisik maupun mentalnya secara teratur. Hal ini akan membantu meningkatkan kualitas dirinya sebagai seorang praktisi silat yang handal dan berdedikasi tinggi.
Secara keseluruhan, gambaran PSHT untuk warganya agar menjadi Satria Ingkang Pilih Tanding adalah dengan mengembangkan kualitas diri yang baik, menghayati nilai-nilai Persaudaraan Setia Hati Terate, mampu mengendalikan emosi dan menjaga sikap yang tenang serta bijaksana, serta selalu berlatih dan mengasah kemampuan fisik dan mental.
<a href="https://www.pshterate.com/"><img src="Gambaran PSHT Tokoh Setia Hati Ki Ngabegi Soero Diwirjo.jpg" alt="Gambaran PSHT: Persaudaraan Setia Hati Terate"></a>

Kesimpulan

Dari gambaran PSHT yang telah kita bahas, dapat disimpulkan bahwa PSHT bukan hanya sekadar organisasi bela diri pencak silat biasa, melainkan juga memiliki nilai-nilai budi luhur yang kuat dan berguna untuk kehidupan sehari-hari. Dengan sejarah panjangnya, PSHT telah berkembang menjadi organisasi bela diri pencak silat yang mashyur dan diakui secara internasional. Jadi, ringkasnya, gambaran PSHT ini merupakan organisasi bela diri pencak silat yang unik dan memiliki nilai berbudi luhur yang kuat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengimplementasikan Azas Panca Dasar Setia Hati Terate, anggota warga PSHT diharapkan mendapatkan manfaat untuk pengembangan diri sendiri di dalam berbagai aspek kehidupan. Caranya dari gambaran PSHT, yaitu dengan melibatkan diri dalam semua aspek kegiatan kehidupan ini.
Terkait sumber informasi Gambaran PSHT yang telah diuraikan diatas ialah merujuk terhadap KeSHan yang menjadi pendoman Setia Hati Terate.

Populer

Flashnews