Kidung Rumeksa Ing Wengi Mantrawedha

Kidung Rumeksa Ing Wengi Mantrawedha

Mantrawedha ialah sebuah kidung kreasi Kangjeng Sunan Kalijaga yang terbagi dalam 10 pupuh dhandhang gula. Kidung ini berisi mantra dan wejang yang dipakai sebagai doa atau permintaan keselamatan dan pelindungan dari beragam jenis kejahatan, baik yang sudah dilakukan oleh manusia, jin, setan, atau persekutuan di antara mereka. Mantra ini dilantunkan dalam suara halus dan tanpa disertai oleh gamelan atau macapat.
<a href="https://www.pshterate.com/"><img data-src="Mantrawedha Kidung Rumeksa Ing Wengi.jpg" alt="Kidung Rumeksa Ing Wengi Mantrawedha"></a>
Pokok dari mantrawedha ada pada 5 pupuh pertama kali yang berisi doa ke Allah SWT. Maka dari itu, bila seorang ingin berdoa dengan mengidung atau membaca mantrawedha, karena itu yang dibutuhkan hanya pupuh 1 s/d 5 saja. Isi pada doa itu ialah meminta keselamatan dari masalah kejahatan, penyakit, hama, dan sumber biologis dan fisik atau metafisik. Dan pupuh-pupuh seterusnya memvisualisasikan wejang dari Kangjeng Sunan Kalijaga mengenai isi dan visi dari 5 pupuh pertama.
Penulisan kidung Mantrawedha ini alami kesusahan karena beberapa bahasa wilayah yang dipakai tidak seutuhnya bisa ditulis dalam aksara Latin, khususnya yang terhitung dengan bahasa alam. Ada banyak vocal dan konsonan yang tidak terwakili oleh aksara Latin, khususnya dengan bahasa Jawa. Tetapi untuk mempermudah pembaca, tiap pupuh kidung ini dicatat 2x. Yang pertama ialah penulisan yang semestinya, dan yang ke-2 ialah menurut penyuaraannya.
Tetapi karena tidak ada aksara Latin untuk mengatakan vocal antara “a” dan “o”, karena itu di sini dicoba ditulis dengan “o”.
  • Pupuh 1: Doa Penjaga Malam dan Pelindungan dari Kejahatan
  • Pupuh 2: Pelindungan dari Penyakit dan Hama
  • Pupuh 3: Pelindungan dari Masalah Jin dan Setan
  • Pupuh 4: Pelindungan dari Teluh dan Santet
  • Pupuh 5: Pelindungan dari Niat Jahat dan Tipu Daya
  • Pupuh 6: Pelindungan dari Energi Negatif
  • Pupuh 7: Pelindungan dari Musibah Alam
  • Pupuh 8: Pelindungan dalam Perjalanan
  • Pupuh 9: Pelindungan dalam Kehidupan Setiap hari
  • Pupuh 10: Pelindungan dari Semua Wujud Kejahatan
Pupuh 1 
Ana kidung rumeksa ing wengi,
Tegar ayu luputa ing lelara,
Luputa bilahi kabeh,
Jin setan datan purun,
Paneluhan tan ana wani,
Miwah panggawe ala-ala,
Gunaning wong lepas,
Geni atemahan tirta,
Maling adoh tan ana ngarah mring mami,
Buat duduk pan pupus.
Terjemahan :
Ini doa penjaga malam,
Mudah-mudahan semua aman, lepas dari penyakit,
Dan lepas dari bencana,
Jin dan setan tidak (mengusik),
Santet (teluh) tidak akan berani (beraksi),
Sekaligus niat jahat,
(dan) muslihat lepas,
Api akan tertangkis air,
Maling menjauh tidak berani mendatangi ku,
(dan) semua wujud teluh pupus
Keterangan :
Ini doa penjaga malam meminta ke Allah akan keselamatan dan pelindungan dari beragam kejahatan,
baik yang sudah dilakukan manusia, jin atau setan, atau persekutuan antara mereka. Kejahatan-kejahatan
itu akan lepas atau tidak berhasil seperti api berjumpa air.
Pupuh 2
Sakabehing lara pan samya bali,
Sakeh ngma pan sami mirunda,
Welas asih pandulune,
Sakehing braja lepas,
Kadi kapuk tibaning wesi,
Sakehing wisa tawa,
Sato galak lulut,
Kayu aeng kurang kuat gahar,
Songing landhak guwaning,
Wong kurang kuat miring,
Myang pakiponing merak.
Terjemahan :
Semua penyakit akan balik (ke asalnya),
Semua hama akan menyingkir,
Semua melihatku penuh kasih,
Semua gempuran senjata (yang tertuju padaku) akan lepas,
Bak kapuk jatuh di atas besi,
Semua toksin (dapat) akan netral (bagiku),
(semua) binatang buas akan runduk (padaku),
Pohon menyeramkan, tanah gersang-
Bulu-bulu landak, goa di tebing miring-
Atau sarang merak
Pupuh 3
Pagupakaning warak sakalir,
Nadyan arka myang segara asat,
Temahan rahayu kabeh,
Apan sarira ayu,
Ingideran mring widadari,
Rineksa malaikat,
Sakathahing rasul,
Pan dadi sarira tunggal,
Ati Adam uteku Baginda Esis,
Pangucapku ya Musa.
Terjemahan :
(dan) genangan badak dan sebangsanya,
Terhitung teriknya matahari (arka) yang sebegitu luar biasanya hingga sanggup keringkan laut ,
Semua selekasnya jadi nyaman,
Dan menyenangkan,
Bak disertai bidadari,
Dijaga malaikat,
Dan seluruh beberapa rasul,
Semua bak manunggal sejiwa (denganku),
Hati(ku) (ialah Nabi) Adam, pemikiranku (ialah Nabi) Sis,
(dan) ucapanku (ialah Nabi) Musa.
Keterangan :
Pupuh 2 dan 3 ini memperlihatkan sebuah keinginan untuk beraura”pencerah”. Semua penyakit, hama atau gempuran senjata tidak ada maknanya. Garangnya binatang buas kembali jadi kepatuhan. Kawasan-kawasan menyeramkan, gersang, beresiko, kotor horor dan genting dan kekeringan (peceklik) beralih menjadi cantik, damai, subur, nyaman dan penuh kebahagiaan.
Semuanya karena keimanan kita hingga dari pada diri kita terpancar aura beberapa malaikat dan beberapa rasul. Semua manunggal dalam sanubari, di mana hatiku seperti Nabi Adam, pemikiranku seperti Nabi Sis, dan ucapanku seperti Nabi Musa.
Apa spesial hati Adam? Terang, Nabi yang ini ialah salah satu lelaki yang sempat hidup di Syurga saat sebelum turun ke bumi. Beliau manusia juga pertama bumi versus zaman ini. Bahkan juga ada cerita jika beliau turun ke bumi karena dosa. Semuanya memperlihatkan keadaan extrim. Saat di syurga mendapatkan kepuasan extrim. Sesudah melakukan perbuatan dosa dan di turunkan ke bumi, jadi penyesalan extrim, tetapi harus menanganinya dengan tawakal extrim. Hingga pasti apa yang dirasa Adam tidak dapat dipikirkan oleh manusia lain dan manusia lain mustahil alami hal yang seperti dirasakan Adam.
Pertimbangan Nabi Sis dan perkataan Nabi Musa, kelihatannya sebagai kemenonjolan yang diambil kesimpulan oleh Sunan Kalijaga. Beberapa hal semacam ini akan diteruskan dalam pupuh 4 dan 5.
Pupuh 5
Napasku Nabi Ngisa linuwih,
Nabi Yakub pamiyarsaningwang,
Nabi Dawud swaraku,
Nabi Ibrahim nyawaku,
Nabi Sleman kasekten mami,
Nabi Yusup rupengwang,
Edris ing rambutku,
Bagindha Ngali kuliting wang,
Abu Bakar getih daging Ngumar singgih,
Balung Bagindha Ngusman.
Terjemahan :
Napasku Nabi Isa
Performaku Nabi Yakub,
Suaraku Nabi Dawud,
Nyawaku Nabi Ibrahim,
Kesaktianku Nabi Sulaiman,
Mukaku Nabi Yusuf,
Rambutku Nabi Idris,
Kulitku (teman dekat) Ali,
Darahku (teman dekat) Abu Bakar,
Dagingku (teman dekat) Umar,
Tulangku (teman dekat) Usman,
Pupuh 5
Sungsum ingsun Patimah linuwih,
Siti Aminah banyuning angga,
Ayub ing ususku mangke,
Nabi Nuh ing jejantung,
Nabi Yunus ing otot mami,
Netraku ya Muhammad,
panduluku rasul,
pinayungan Adam Sarak,
sampun pepak sakhathahing beberapa Nabi,
dadya sarira tunggal.
Terjemahan :
Sumsumku Fatimah,
Cairan badankan Siti Aminah,
Ususku Nabi Ayub,
Jantungku Nabi Nuh,
Ototku Nabi Yunus,
Mataku Nabi Muhammad,
Penglihatanku bak rasul,
Diteduhi oleh Nabi Adam dan Siti Sarah,
Telah komplet semua nabi,
M anunggal dalam jiwaku.
Keterangan :
Kelihatannya memvisualisasikan sekujur badan kita luar-dalam sarat dengan aura beberapa nabi, beberapa teman dekat dan beberapa isteri Nabi Muhammad. Entahlah ini betul-betul permintaan agar aura beberapa manusia spesial itu masuk jadi aura kita, atau sekadar kiyas atau mungkin punyai arti lain, saya benar-benar belum mengetahui. Yang terang, Sunan Kalijaga ialah seorang wali yang biasanya tingkat pengetahuan dan pengetahuannya telah makrifat. Seperti yang sempat saya tulis di lamanBima Suci, seorang makrifat ialah orang yang genius, hingga tidak selamanya skema pikirnya dapat dituruti oleh orang pemula. Kejeniusan Sunan Kalijaga telah bisa dibuktikan, selainnya lewat peningkatan seni dan budaya, tata kota dan tehnik bangunan, walau beliau bukan insinyur sipil.
Pupuh 6-7: Wejang Sunan Kalijaga mengenai Mantrawedha
Pupuh 6 s/d 10 ialah keterangan atau”wejang”dari Sunan Kalijaga mengenai pokok Mantrawedha yang tertulis pada pupuh 1 s/d 5 di atas. Tetapi kelihatannya wejang ini bukanlah menerangkan makna dari tiap pupuh, tetapi condong manfaat atau faedah dan langkah memperolehnya.
Pupuh 6
Wiji sawiji mulane dadi,
Apan pencar sak indenging jagad,
Kasamadan dening dzate,
Kang maca kang angrungu,
Kang anurat kang anyimpeni,
Dadi ayuning tubuh,
Kinarya sesembur,
Yen winacakna ing toya,
Kinarya dus rara tuwa gelis laki,
Wong gila nuli sehat.
Terjemahan :
Benih apa saja yang tumbuh,
Akan menebar ke penjuru dunia,
Mendapatkan restu dari Dzat yang Maha Kuasa,
Yang membaca (dan) yang dengar,
(dan) yang menulis (dan) yang menyimpan,
Semua akan mendapatkan faedah (pahala),
Sebagai (kekuatan memberikan) panduan.
Bila (kidung ini) dibaca dekat air,
Gadis tua segera bisa jodoh,
(dan) orang edan selekasnya pulih.
Keterangan:
Sebuah pengetahuan yang berguna, baik pengetahuan atau ketrampilan, akan diridloi NYA untuk menebar ke seluruh penjuru dunia. Seluruh pihak akan mendapatkan faedahnya, baik yang membaca, yang dengarkan (orang membaca), yang menulis atau yang sekadar menyimpan. Demikian juga kidung ini (pupuh 1-5), bila dibacakan di dekat air, karena itu bila air itu untuk mandi gadis tua, ia akan segera mendapatkan jodoh. Bila utuk mandi orang edan, ia akan selekasnya sehat.
Pupuh 7
Lamun ana wong kadhendha kaki,
Wong kabanda wong kabotan hutang,
Yogya wacanen den age,
Nalika tengah dalu,
Ping sawelas wacanen singgih,
Luwar karena sangat kebanda,
Kang kadhendha wurung,
Aglis nuli sinauran,
Mring Hyang Suksma kang hutang puniku singgih,
Kang agring nuli sehat.
Terjemahan :
Pada saat (seorang atau kamu) terkena denda,
Atau terlilit terlilit utang,
Seharusnya selekasnya baca kidung ini (pupuh 1-5),
Di larut malam,
Jam 11 (pm) baca dengan khusuk,
Jeratan akan selekasnya terlepas,
Denda akan selekasnya batal,
Tuhan yang hendak bayar utangnya,
(dan) bila sakit selekasnya pulih.
Keterangan:
Untuk yang terancam terkena denda atau hukuman atau terlilit utang atau terlilit dalam kekonyolan, kidung ini (pupuh 1-5) menjadi doa baik untuk meminta bantuan Allah, terlebih bila dibacakan jam 11 malam dengan khusuk. Sanksi denda akan selekasnya batal, jeratan selekasnya bisa lolos dan lilitan utang selekasnya lunas. Tuhan akan memberikan jalan yang gampang untuk membayar utangnya.
Karena ini mantra seorang wali, pasti mustahil untuk selamatkan orang yang menyengaja melakukan perbuatan salah. Kita bisa jadi melakukan perbuatan salah tanpa menyengaja punya niat kriminil. Misalkan perkelahian, atau karena tingkah teman kita, yang berpengaruh cukup fatal hingga kelihatannya kita lakukan kekeliruan. Kita bisa juga terlilit utang tanpa keinginan ngemplang. Misalkan, karena terkena PHK, karena itu beberapa atau semua utang macet. Tujuannya tidak ngemplang. Tetapi karena tidak ada uang untuk bayar, maka terlihat seperti orang yang ngemplang. Kekeliruan-kesalahan beginilah yang hendak dimohonkan dalam kidung mantrawedha untuk mendapatkan bantuan Tuhan.
Untuk beberapa orang yang betul-betul bersalah, seumpama penjahat atau koruptor, doa kidung ini tidak ada faedahnya. Mereka perlu cari mantra dari setan atau iblis jika ingin bisa lolos dari hukuman. Kidung ini malah mustajab untuk mengalahkan mereka, karena masuk ke kelompok sebagai aktor”buat”yang”lepas”. Bahkan juga bisa saja beberapa orang jahat semacam ini dipandang seperti penyakit atau hama
Pupuh 8
Lamun ora dapat maca kaki,
Winawera kinarya ajimat,
Tegar ayu tinemune,
Lamun ginawa nglurug,
Mungsuhira tan ana wani,
Lepas senjata tawa,
Iku pamrihipun,
Sabarang pakaryanira,
Pan rineksa dening Hyang Kang Maha Suci,
Sakarsane tinekan.
Terjemahan :
Bila (kamu) tidak dapat membaca,
Hafalkan saja seperti jimat,
Pasti akan aman,
Bila (kamu) membawa meluruk (perang),
Musuhmu akan takut,
Lepas dari (gempuran) senjata (apapun),
Tersebut faedahnya,
Segala hal akan dijaga oleh Tuhan yang Maha Suci,
(dan) apa saja yang kau harapkan kabul.
Keterangan:
Untuk yang tidak dapat membaca (buta huruf), masih tetap dapat mendapatkan faedahnya dengan menghafalkannya. Kidung ini tetap jadi doa untuk keselamatan dalam peperangan atau untuk memperoleh apa yang kita harapkan.
Pupuh 9
Lamun arsa ikhlas nandur pari,
Puwasaa sawengi sadina,
Iderana galengane,
Wacanen kidung iku,
Kehing ama samya bali,
Yen sira lunga perang,
Wateken ing sekul,
Antuka tigang pulukan,
Musuhira rep sirep tan ana wani,
Rahayu ing payudan.
Terjemahan :
Bila (kamu) akan bertani padi,
berpuasalah sehari semalam,
(dan) tersebarlah setiap pematangnya,
(sambil) membaca kidung ini,
(niscaya) semua hama akan balik (ke asalnya),
bila (kamu) akan ke medan perang,
baca (kidung ini) dekat nasi,
konsumsilah 3 suap,
(niscaya) musuhmu ketakutan tidak akan berani,
(dan) kamu selamat dalam peperangan.
Keterangan :
Untuk yang hendak bertani padi, kidung ini jadi doa baik untuk meminta kesuksesan saat panen nantinya. Semakin lebih afdol bila dibaca saat sedang berpuasa sekalian tersebar setiap pematang. Ini bisa menjadi doa baik untuk meminta agar tanamannya terlepas dari hama.
Untuk yang akan ke medan perang, kidung ini dibaca di dekat nasi dan diteruskan dengan mengkonsumsinya 3 suap. Ini bisa menjadi doa baik untuk meminta keselamatan dan kemasyhuran di medan tempur.
Pupuh 10
Sing sapa kulina anglakoni,
Amutiya musuh anawaa,
Patang puluh dina bae,
Lan tangi wektu subuh,
Lan den sabar syukuring ati,
Insha Allah tinekan,
Sakarsanireku,
Tumrap sanak rakyatira,
Karena sangat sawabing ngelmu pangiket mami,
Duk aneng Kalijaga.
Terjemahan :
Bagi(mu) yang menyukai berprihatin,
Mutih-tawarlah (baca: puasa dan cuma makan nasi putih dan minum air putih),
40 hari saja,
Bangunlah tiap subuh,
Dan prioritaskan sabar dan sukur,
Insha Allah terkabulkan,
Apa yang kamu harapkan,
Untuk famili dan rakyatmu,
Oleh dampak keimananku,
(yang kudapat) saat di Kalijaga.
Keterangan :
Untuk yang umum”lelakon”atau bertapa, dapat mendapatkan faedah kidung ini lebih prima. Ketentuannya dengan lakukan puasa mutih atau tawar sepanjang 40 hari. Puasa”mutih”maknanya puasa dan saat buka cuma konsumsi makanan yang warna putih atau tidak warna. Puasa”nawa”maknanya puasa dan saat membuka cuma konsumsi makanan yang tidak terasa. Di sini diisyaratkan puasa mutih dan nawa sepanjang 40 hari.
Disamping itu diisyaratkan untuk bangun tiap subuh dan menengadah dengan penuh kesadaran kepasrahan dan kesabaran berkata sukur kehadlirat Allah yang Maha Kuasa. Insha Allah, akan memperoleh apa yang kita harapkan dan karunia yang berlimpah untuk seluruh famili dan rakyat. Karena langkah ini betul-betul sama sesuai dengan si wali memperoleh pengetahuan ini saat di Kalijaga.
Selainnya Pupuh 1, Pupuh 2 s/d Pupuh 10 bermakna yang serupa yakni meminta pelindungan dan keselamatan dari beragam jenis kejahatan, tetapi masing-masing dengan kalimat yang lain. Tetapi, karena tidak diikutkan dalam pertanyaan, saya tidak bisa memberi keterangan yang lebih detil berkenaan Pupuh yang lain.
Keseluruhannya, Mantrawedha sebuah kidung yang paling kuat dalam memberi pelindungan dan keselamatan ke pembacanya. Doa yang terdapat di dalam mantrawedha benar-benar kuat dalam jaga diri dari beragam jenis kejahatan, baik yang sudah dilakukan oleh manusia, jin, setan, atau persekutuan di antara mereka. Disamping itu, doa ini sanggup membuat perlindungan dari beragam jenis penyakit, hama, dan teluh atau santet.
Mantrawedha benar-benar pas untuk mereka yang ingin memperoleh pelindungan dan keselamatan dalam kehidupan setiap hari. Dengan dilantunkan dalam suara halus dan tanpa disertai oleh gamelan atau macapat, kidung ini akan memberi kesan-kesan yang semakin kuat dan bisa menentramkan pemikiran. Tetapi, seharusnya dalam melantunkan atau membaca Mantrawedha harus ditemani oleh seorang yang telah pakar dalam sektor itu supaya tidak keliru dalam melantunkannya.
Disamping itu, Mantrawedha dapat dipakai sebagai fasilitas untuk meditasi dan menentramkan pemikiran. Dengan konsentrasi pada kalimat doa yang terdapat di dalam mantrawedha, seorang bisa menghayati arti dan menjadikan satu pemikiran dan jiwa dengan Tuhan.
Mantrawedha dipercayai bisa tingkatkan kemampuan religius seorang dan memberi kesembuhan untuk mereka yang sakit. Sebagian orang yakin jika mantrawedha bisa dipakai membuat perlindungan diri dari beragam jenis elemen negatif yang kemungkinan memunculkan permasalahan dalam kehidupan setiap hari.
Dalam ringkasannya, Mantrawedha ialah sebuah kidung yang kuat dalam memberi pelindungan dan keselamatan untuk oh pembacanya. Doa yang terdapat di dalam mantrawedha benar-benar kuat dalam membuat perlindungan dari beragam jenis kejahatan, penyakit, hama, dan teluh atau santet. Mantrawedha bisa dipakai sebagai fasilitas meditasi dan tingkatkan kemampuan religius seorang. Tetapi, seharusnya dalam melantunkan atau membaca Mantrawedha harus ditemani oleh seorang yang telah pakar dalam sektor itu supaya tidak keliru dalam melantunkannya.