Sesaji Sesajen

Sesaji atau sesajen adalah tindakan ritual yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia Nusantara untuk memohon restu dan perlindungan dari para dewa atau leluhur. Tindakan ini dilakukan dengan cara menyediakan makanan, minuman, dan barang-barang lain sebagai tanda pengakuan dan rasa hormat kepada para dewa atau leluhur yang diyakini memiliki kekuatan gaib.
Sesaji dalam kepercayaan masyarakat Indonesia Nusantara meliputi berbagai macam suku dan agama, contoh misalnya:
  • Di Jawa, sesaji sering dilakukan dalam upacara keagamaan Hindu atau Budha. Sementara di Bali, sesaji sering dilakukan dalam upacara keagamaan Hindu atau Balinese.
  • Di Kalimantan, sesaji sering dilakukan oleh masyarakat Dayak dalam upacara keagamaan animisme. Sementara di Sulawesi, sesaji sering dilakukan oleh masyarakat Mandar dalam upacara keagamaan animisme.
  • Di Sumatera, sesaji sering dilakukan dalam upacara keagamaan animisme atau Islam. Sementara di Sunda, sesaji sering dilakukan dalam upacara keagamaan animisme.
  • Dalam Agama Islam juga dilakukan sesaji dalam bentuk shadaqah (infak) atau sedekah yang dilakukan untuk memohon restu dan perlindungan dari Allah SWT.
Sesaji merupakan bagian penting dari kebudayaan Indonesia Nusantara yang sangat kaya akan keberagaman suku, agama, dan kepercayaan. Sesaji sangat dipercayai oleh masyarakat Indonesia Nusantara sebagai cara untuk menyatukan diri dengan alam dan mencapai kesejahteraan hidup.

Jenis Sesaji Sesajen dan Fungsinya

  1. Sesaji Sesajen Suku Jawa
    • Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, sesaji yang sering dilakukan adalah sesaji untuk Dewi Sri yang dipercayai sebagai dewi pertanian dan kesejahteraan keluarga. Sesaji ini dilakukan pada saat tanam padi atau saat panen. Sesaji ini diharapkan dapat membantu pertumbuhan tanaman padi yang subur dan melindungi keluarga dari kemiskinan.
  2. Sesaji Sesajen Suku Bali
    • Dalam kepercayaan masyarakat Bali, sesaji yang sering dilakukan adalah sesaji untuk Dewa Bhatara Sang Hyang Widhi atau Bhatara Sang Hyang siwa yang dipercayai sebagai dewa pelindung keluarga dan kesejahteraan. Sesaji ini dilakukan pada saat upacara ngaben atau kematian. Sesaji ini diharapkan dapat menolong arwah yang meninggal untuk mencapai keselamatan.
  3. Sesaji Sesajen Suku Dayak
    • Dalam kepercayaan masyarakat Dayak, sesaji yang sering dilakukan adalah sesaji untuk Dewa Antu atau Dewa Lebur yang dipercayai sebagai dewa pelindung hutan dan alam. Sesaji ini dilakukan pada saat memotong kayu atau mengambil hasil hutan. Sesaji ini diharapkan dapat membantu mendapatkan hasil yang baik dan melindungi hutan dari kerusakan.
  4. Sesaji Sesajen Suku Mandar
    • Dalam kepercayaan masyarakat Mandar, sesaji yang sering dilakukan adalah sesaji untuk Dewa Batara yang dipercayai sebagai dewa pelindung keluarga dan kesejahteraan. Sesaji ini dilakukan pada saat upacara adat atau kematian. Sesaji ini diharapkan dapat menolong arwah yang meninggal untuk mencapai keselamatan dan melindungi keluarga dari masalah.
  5. Sesaji Sesajen Suku Sumatera
    • Dalam kepercayaan masyarakat Sumatera, sesaji yang sering dilakukan adalah sesaji untuk Dewa Si Raja yang dipercayai sebagai dewa pelindung alam dan lingkungan. Sesaji ini dilakukan pada saat memotong kayu atau mengambil hasil hutan. Sesaji ini diharapkan dapat membantu mendapatkan hasil yang baik dan melindungi hutan dari kerusakan.
  6. Sesaji Sesajen Suku Sunda
    • Dalam kepercayaan masyarakat Sunda, sesaji yang sering dilakukan adalah sesaji untuk Dewa Sengala yang dipercayai sebagai dewa pelindung alam dan lingkungan. Sesaji ini dilakukan pada saat memotong kayu atau mengambil hasil hutan. Sesaji ini diharapkan dapat membantu mendapatkan hasil yang baik dan melindungi hutan dari kerusakan. Selain itu, sesaji juga dilakukan pada saat upacara adat atau kematian, untuk memohon restu dan perlindungan dari arwah leluhur.
  7. Sesaji Sesajen Suku Badui
    • Dalam kepercayaan masyarakat Badui, sesaji yang sering dilakukan adalah sesaji untuk Dewa Siwa yang dipercayai sebagai dewa pelindung alam dan lingkungan. Sesaji ini dilakukan pada saat memotong kayu atau mengambil hasil hutan. Sesaji ini diharapkan dapat membantu mendapatkan hasil yang baik dan melindungi hutan dari kerusakan. Selain itu, sesaji juga dilakukan pada saat upacara adat atau kematian, untuk memohon restu dan perlindungan dari arwah leluhur. Masyarakat Badui juga memiliki kepercayaan yang erat terhadap alam dan keramat yang ada di lingkungan sekitarnya.
  8. Sesaji Sesajen dala
    • Dalam bela diri pencak silat yang berkembang di Indonesia, sesaji atau sesajen juga digunakan sebagai salah satu bentuk ritus pembukaan atau pemulaan latihan. Sesaji ini dilakukan sebelum seseorang mulai melakukan latihan pencak silat, dengan tujuan untuk memohon restu dan perlindungan dari para leluhur atau dewa yang diyakini memiliki kekuatan gaib.
    • Sesaji dalam bela diri pencak silat ini biasanya dilakukan dengan cara menyalakan dupa (wewangian), mempersembahkan makanan atau minuman kepada para leluhur atau dewa, dan melakukan doa atau mantra yang diyakini dapat memohon restu dan perlindungan.
    • Selain itu, sesaji juga dilakukan pada saat akhir latihan, dengan tujuan untuk mengucapkan terima kasih kepada para leluhur atau dewa atas restu dan perlindungan yang diterima selama latihan.
    • Sesaji ini dianggap penting bagi masyarakat yang mempercayai kekuatan gaib dalam bela diri pencak silat, karena dipercayai dapat membantu meningkatkan kekuatan dan keselamatan dalam melakukan latihan dan pertandingan. Namun, sesaji ini tidak diharuskan, setiap individu bebas untuk melakukan atau tidak melakukannya.
  9. Sesaji Sesajen dalam Agama Islam
    • Sesaji dalam agama Islam dilakukan dalam bentuk shadaqah atau sedekah, yang dilakukan untuk memohon restu dan perlindungan dari Allah SWT. shadaqah dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti memberikan bantuan kepada fakir miskin, mendermakan pada masjid, dan lain-lain.
    • Ada 20 macam sesaji yang dijelaskan di atas, diantaranya adalah Canang Sari, Tumpeng, Pejati, Gebogan, Sesaji Makanan, Sesaji Minuman, Sesaji Tari, Sesaji Musik, Sesaji Wayang, Sesaji Pertunjukan, Sesaji Banten, dll.

Beberapa Istilah

Berikut istilah Sesaji Sesajen dalam Kebudayaan Kepercayaan di Indonesia:
  1. Sesaji Pemujaan
  2. Sesaji Ritual
  3. Sesaji Tradisional
  4. Sesaji Kepercayaan
  5. Sesaji Kesakralan
  6. Sesaji Pemujaan Dewa
  7. Sesaji Pemujaan Leluhur
  8. Sesaji Pemujaan Arwah
  9. Sesaji Pemujaan Makam
  10. Sesaji Pemujaan Keris
  11. Sesaji Pemujaan Gunung
  12. Sesaji Pemujaan Pohon
  13. Sesaji Pemujaan Tanah
  14. Sesaji Pemujaan Air
  15. Sesaji Pemujaan Api
  16. Sesaji Pemujaan Angin
  17. Sesaji Pemujaan Peringatan
  18. Sesaji Pemujaan Keagamaan
  19. Sesaji Pemujaan Adat
  20. Sesaji Pemujaan Animisme
  21. Sesaji Pemujaan Dinamisme
  22. Sesaji Pemujaan Keberuntungan
  23. Sesaji Pemujaan Keselamatan
  24. Sesaji Pemujaan Kemakmuran
  25. Sesaji Pemujaan Kesehatan
  26. Sesaji Pemujaan Keberhasilan
  27. Sesaji Pemujaan Kesuburan
  28. Sesaji Pemujaan Kesucian
  29. Sesaji Pemujaan Kekuatan
  30. Sesaji Pemujaan Kebahagiaan
  31. Sesaji Pemujaan Keberlanjutan
  32. Sesaji Pemujaan Keseimbangan

Lauk Pauk Sesajen Ritual Jawa

sebagai makanan pendamping dalam ritus Jawa yang dihidangkan dalam sesaji atau sajen. Dalam adat Jawa, lauk pauk dihidangkan untuk temani sajian lain dalam sajen seperti tumpeng yang menyimbolkan pernyataan sukur manusia ke Tuhan.
Beberapa macam lauk pauk yang dikenali dalam adat Jawa sebagai ubo rampe sajen salah satunya ialah , , , Bedak Dingin, dan Parem. Masing-masing mempunyai cita-rasa dan unik yang berbeda yang bisa menambahkan kekayaan rasa dalam sajen. Selainnya dipakai sebagai sajen, lauk pauk kerap dihidangkan dalam beberapa acara keagamaan dan kebudayaan seperti upacara pernikahan, selamatan kurban, dan beberapa acara yang lain. Penyuguhan lauk pauk dalam beberapa acara itu menambahkan kekayaan rasa dan jadi sisi penting dari adat Jawa.

Santet sesaji atau sesajen ialah praktek keyakinan yang sudah dilakukan dengan menyembahkan sesaji atau persembahan ke makhluk lembut atau roh orang yang telah wafat. Sesaji umumnya terbagi dalam makanan, bunga, dupa, rokok, minuman, dan beberapa barang yang lain.
Praktek santet sesaji ini sebetulnya sebagai satu wujud adat religius yang diterapkan di sejumlah wilayah di Indonesia, khususnya di Jawa dan Bali. Tetapi, praktek ini mempunyai segi gelapnya karena bisa disalahpergunakan sebagai fasilitas untuk lakukan kejahatan, seperti mengirimi santet atau menghancurkan kehidupan seseorang.
Maka dari itu, penting untuk warga tidak untuk asal-asalan mengaplikasikan santet sesaji dan pahami batasan-batas yang ada pada keyakinan itu. Disamping itu, dibutuhkan kesadaran jika praktek santet sesaji yang dipakai untuk sakiti seseorang sebagai perlakuan kriminil yang bisa dijatuhi hukuman oleh hukum negara.
Dalam Islam, praktek santet sesaji dipandang seperti wujud kesyirikan dan diharamkan. Muslim diberikan tidak untuk memercayai kemampuan makhluk lembut atau roh orang yang telah wafat, tetapi cuma yakin ke Allah SWT sebagai salah satu sumber kemampuan dan pelindungan.
Keseluruhannya, santet sesaji menjadi satu praktek keyakinan yang bagus bila dipakai secara benar dan dalam batasan-batas yang tepat. Tetapi, praktek ini harus juga dijauhi bila dipakai untuk maksud jahat atau bikin rugi seseorang.

Penutup Sesaji Sesajen

Penting untuk diingat bahwa sesaji atau sesajen adalah bagian dari kepercayaan masyarakat yang tidak selalu sesuai dengan ajaran agama resmi, dan setiap individu bebas untuk mempercayainya atau tidak. Namun, dalam melakukan sesaji atau sesajen, penting untuk menghormati kepercayaan orang lain dan tidak merusak lingkungan.