Transisi Ketua Umum Persaudaraan Setia Hati Terate
Transisi Ketua Umum Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) alami banyak peralihan baik secara istilah atau skema sejak dari berdirinya PSHT (dulu namanya PSC) sampai sekarang (tahun 2022). Transisi Persaudaraan Setia Hati Terate semenjak tahun semenjak 1922 sampai sekarang sering sudah alami penggantian kepimpinan. Berikut akan kami uraikan daftar transisi ketua umum yang sempat pimpin roda organisasi PSHT semenjak tahun 1922 sampai sekarang dengan singkat.
Pendiri SH Terate Ki Hadjar Hardjo Oetomo
1922 Ki Hadjar Hardjo Oetomo lewat SH Muda atau PSC (Pemuda Sport Klub) sebagai tempat transisi perjuangan beberapa pemuda untuk bergerilya raih kemerdekaan.
Transisi Penerus SH Terate Kang Mas Soetomo Mangkoedjojo
- Transisi awal pada Tahun 1948 menjabat sebagai Ketua Umum Pusat yang pertama Persaudaran Setia Hati Terate (dari istilah Perguruan menjadi Organisasi);
- Tahun 1956 menjabat lagi jadi Ketua Umum Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate;
- Tahun 1964 kembali lagi menjabat Ketua Umum Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate;
- Tahun 1974 menyandang jabatan kembali sebagai Ketua Dewan Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate;
- Tanggal 14 Desember 1975 pertengahan beliau wafat dan dimakamkan di Cangkring Madiun.
Beliau yaitu pelajar dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo ( Pendiri PSHT ). R.M. Soetomo Mangkoedjojo yaitu seseorang Pendekar Tingkat III , R.M. Soetomo Mangkoedjojo disyahkan jadi pendekar tingkat I di tahun 1928. Berikut pelajar – pelajar Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang disyahkan di tahun 1928.
Transisi Penerus SH Terate Kang Mas Irsyad Hadi Widagdo
Transisi pada tahun 1956 – 1958 Irsyad Hadi Widagdo pimpin SH Terate saat berikut mulai ditingkatkan jurus jurus SH Terate dan memulai diciptaknay 90 Senam dasar oleh Irsad Hadi Widagdo.
1958 – 1965 Status Pimpinan dibalikkan ke tangan Santoso Kartoatmodjo, transisi di masa berikut Marsh SH Terate yang dibuat Adi Yasco mulai dikenalkan.
1965 – 1966 Keadaan perpolitikan menghangat paska G30S/PKI dan banyak figur besar SH Terate yang hancur, sampai SH Terate untuk saat ini vakum.
11 Agustus 1966 transisi kembali diselenggarakan pada rapat pengurus pusat untuk selamatkan dan aktifkan kembali SH Terate paska G30S/PKI karena itu perlu diselenggarakan refreshing pengurus pusat, ditunjuklah Soetomo Mangkoedjojo sebagai Ketua Umum PSHT 1966 – 1974.
Transisi Penerus SH Terate Kang Mas Santoso Kartoatmodjo
Pada transisi tahun 25 Maret 1951 Siswa siswa Ki Hadjar Hardjo Oetomo bermusyawarah di Rumah Santoso Kartoatmodjo Jl. Dr. Soetomo 76, Madiun dan hasilkan persetujuan untuk selalu melestarikan tuntunan Ki Hadjar Hardjo Oetomo dan menukar SH Pemuda Sport Klub yang permulaannya berwujud Paguron jadi Organisasi Persaudaraan SH Terate, Santoso Kartoatmodjo ditetapkan sebagai Ketua Umum pertama PSHT 1951 – 1953.
12 April 1952 Ki Hadjar Hardjo Oetomo meninggal dunia dan mayatnya disemayamkan pada tempat penyemayaman umum (TPU) Kelurahan Pilangbango, Madiun.
Ki Hadjar Hardjo Oetomo tinggalkan seorang istri, Ny. Inem dan 2 orang anak yang dinamakan Harsono dan Harsini.
Transisi Penerus SH Terate Kang Mas Imam Koessoepangat
Transisi di tahun 1974 kembali diadakan tatap muka I SH Terate dan hasilkan keputusan bahwa Imam Koes Soepangat sebagai Ketua Umum dan Soetomo Mangkoedjojo sebagai Dewan Pusat SH Terate.
Dia kuat dalam keputusannya yaitu melayani di sama-sama karenanya orang-orangpun memberinya sapaan “PENDHITA WESI KUNING” (katanya sapaan ini berpedoman di warna wesi kuning jadi senjata kedewataan yang melukiskan ketabahan, kesaktian, kewibawaan sekalian keluhuran). Di saat dia di bertanya, siapakah orang yang amat disayanginya di bumi ini ?. dia dapat menjawab dengan keras “IBU “. Serta di saat dia di bertanya organisasi apa yang amat dia kasihi waktu di bumi ini ?. karenanya dia juga akan berkata PSHT.
Transisi Penerus SH Terate Kang Mas Badini
Di tahun 1977 transisi guna pemilihan pimpinan PSHT kembali diadakan Tatap muka II SH Terate dan melahirkan keputusan Badini asal Magetan Sebagai Ketua Umum SH Terate dan Imam Koes Soepangat sebagai Dewan Pusat PSHT dan memulai dipercayanya Tarmadji Boedi Harsono sebagai Ketua I Pengurus Pusat SH Terate masa pengurusan 1977 – 1981, pada masa berikut diawalinya peralihan uang mahar validitas yang awalannya berwujud eceran atau benggolan jadi uang logam yang jalan.
Transisi Penerus SH Terate Kang Mas Tarmadji Boedi Harsono
Tanggal 13 November 1981 transisi penentuan pimpinan dalam tubuh organisasi PSHT Diadakan Musyawaraah Besar (MUBES) III SH Terate dan ditunjuklah Tarmadji Boedi Harsono sebagai Ketua Umum dan Imam Koes Soepangat sebagai Dewan Pusat SH Terate, pada Mubes berikut mulai disusunlah materi baku SH Terate yakni 36 Jurus dan 90 Senam Desar, dan memulai dibakukan Materi Jurus Toya kreativitas Sipit Tri Susilo Haryono dan Senam Masal kreativitas Imam Suyitno.
Pemilihan pimpinan ketua umum pada tahun 1985 didalam organisasi SH Terate melangsungkan Mubes IV di Madiun dan Tarmadji Boedi Harsono kembali ditetapkan sebagai Ketua Umum dan Imam Koes Soepangat masih tetap sebagai Dewan Pusat SH terate, sehingga transisi tidak ada saat tahun tersebut selebihnya pada tahun berikut dimulailah pembangungan Padepokan Agung di Jl. Merak Nambang Kidul, Madiun.
Mubes V SH Terate 1991 hasilkan keputusan Tarmadji Boedi Harsono masih sebagai Ketua Umum dan Marwoto sebagai Dewan Pusat SH Terate.
Mubes VI SH Terate diadakan 1 – 3 September 2000 dan hasilkan persetujuan Tarmadji Boedi Harsono masih dipercayai sebagai Ketua Umum dan Marwoto sebagai Dewan Pusat PSHT.
SH Terate mangadakan Rapat kerja nasional pada 16 – 17 Oktober 2009 sebagai wujud tindak lanjut terbitnya SK Adart 2008 yang hasilkan persetujuan Tarmadji Boedi Harsono masih tetap sebagai Ketua Umum sekalian sebagai Ketua Dewan Pusat SH Terate, untuk lengkapi kebatasan Dewan Pusat karena itu dibentuklah Dewan Pendekar yang dengan anggota sembilan Figur PSHT, diperiode berikut Muhammad Taufiq mulai dipercayai sebagai Ketua IV Pengurus Pusat PSHT.
Transisi Penerus SH Terate Kang Mas Richard Simorangkir
Transisi pucuk pimpinan organisasi PSHT pada 10 April 2014 Tarmadji Boedi Haesono keluarkan SK Reorganisasi Pengurus Pusat SH Terate dan menunjuk Richard Simorangkir asal Sleman Yogyakarta sebagai Ketua Pusat SH Terate dan Tarmadji Boedi Harsono sebagai Dewan Pusat.
2014 Richard Simorangkir meninggal dunia dikediaman beliau di Sleman, diganti oleh Ketua I Pengurus Pusat SH Terate Arief Soeryono, beliau ditetapkan sebagai PLT Ketua Pusat SH Terate sampai disiapkanya proses Parapatan Mulia seterusnya.
Madiun, 13 April 2014. Penetapan Ketua Umum SH Terate yang baru itu dilaksanakan di Ruangan Pasamuan Padepokan Agung SH Terate Pusat Madiun, Minggu (13/4/14). Datang sebagai saksi ketua cabang SH Terate dan beberapa sesepuh organisasi berbasiskan persaudaraan yang dibangun oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo di tahun 1922 di Madiun itu.
Pengangkatan Richard sebagai ketua umum SH Terate itu, tercantum dalam Surat Keputusan Nomor: 86/SK/PSHT.000/IV/2014, tertanggal 10 April 2014, mengenai Re Organisasi Pengurus SH Terate Pusat Madiun. Surat keputusan yang diberi tanda tangan Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun (lama) H. Tarmadji Boedi Harsono itu, mengatakan nama nama figur SH Terate yang duduk dalam sikap pengurusan reorganisasi.
Menyimak daftar nama nama pengurus SH Terate Pusat Madiun re-organisasi, nyaris 80 prosennya sebagai angkatan muda. Sementara sesepuh (muka lama) yang sebelumnya duduk di pengurus pusat sektor organisasi, tempatnya berubah ke sektor kerokhanian (ke-SH-an). Periode bhakti pengurus pusat reorganisasi ini berlaku semenjak diputuskan sampai diadakan Parapatan Mulia SH Terate.
Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun (lama) H. Tarmadji Boedi Harsono, SE, dalam sambutannya menjelaskan, reorganisasi yang mendudukkan Richard Simorangkir sebagai ketua umum ini sebagai bentuk siklus pergantian pucuk pimpinan di badan SH Terate.
“Sebetulnya, gagasan reorganisasi ini telah saya gagas lama. Tetapi karena satu dan lain perihal baru saya kerjakan saat ini, ” tutur H. Tarmadji Boedi Harsono.
Dipisah Jadi Dua Lajur Setia Hati Terate
Disebutkan Mas Madji, panggilan dekat H Tarmadji Boedi Harsono, menyesuaikan tuntutan, rintangan sekalian perubahan jaman, pucuk pimpinan SH Terate Pusat Madiun dipisah jadi dua lajur. Takni lajur Idealisme yang mengepalai bidang keilmuan dan kerokhanian (ke-SH-an) dan lajur Profesionalisme yang mengepalai bidang organisasi, tehnik dan peningkatan.
Ide kepimpinan dua lajur di badan SH Terate ini juga dikerjakan di tahun delapan beberapa puluh. Di zaman RM. Imam Koesoepangat. Sesuai tingkat kualitas SDM, di zaman itu RM Imam Koesoepangat duduk dalam sikap ketua di lajur idealisme dan kerokhanian. Sementara Mas Madji diamanahi menggenggam status ketua di lajur professional (organisasi tehnik dan perubahan).
“Pemisahan pekerjaan dan tanggungjawab pucuk pimpian SH Terate dengan ide idealisme dan profesional seperti yang sudah dilakukan pada zaman Mas Imam itu, saat ini kami kerjakan kembali,” tegas Mas Madji.
Transisi Penerus SH Terate Kang Mas Muhammad Taufiq
Transisi pimpinan organisasi pada 11 – 12 Maret 2016 digelarlah Parapatan Mulia yang keluarkan keputusan diputuskan Muhammad Taufiq sebagai Ketua Umum dan R.B Wiyono sebagai Majelis Mulia untuk pimpin PSHT lima tahun di muka sampai parapatan mulia diselenggarakan kembali tahun 2021.
Transisi Penerus SH Terate Kang Mas Moerdjoko HW
Parapatan Mulia (Parluh) 2021 sudah sukses diadakan secara hybrid; virtual dan konservatif pada 12-13 Maret 2021. Barisan pengurusan transisi pimpinan ujung tombak organisasi yang kita cintai ini yakni PSHT ada hal yang baru diputuskan dan memulai bekerja dalam beberapa bulan akhir. Surat Keputusan (SK) terkait Pengurus Pusat PSHT ditetapkan pada 10 April 2021 dan diberi tanda-tangan oleh semua (sembilan orang) anggota Dewan Pusat PSHT. Ketua Umum Pengurus Pusat PSHT periode bakti 2021-2026 Drs. R. MOERDJOKO H.W. dalam kepimpinannya ditolong oleh 5 orang Koordinator Sektor, 4 orang sekretaris, 3 orang bendahara, dan 52 orang anggota yang terdiri ke dua agen dan 11 departemen. Berikut pola komplet Pengurus Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) periode bakti 2021-2026.
Ketua dari Masa ke Masa Persaudaraan Setia Hati Terate
Puncak transisi kepimpinan di PSHT berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Sesudah meninggal dunianya Ki Hadjar Hardjo Oetomo di tanggal 12 April 1952, ketua dijabat oleh Soetomo Mangkoedjojo (EBI: Sutomo Mangkujoyo), yang disebut pegawai BRI. Sesudah Sutomo dipindahkantugaskan ke Surabaya, ketua dijabat oleh Mas Irsjad.
Pada dasawarsa 1960-an, Mas Irsjad berpindah ke Bandung dan kepimpinan PSHT diberikan ke Mas Santoso Kartoatmodjo. Kemudian terjadi gejolak tahun 1965 hingga ketua kembali dijabat oleh Soetomo Mangkoedjojo sampai 1974. Pada periode kedudukan ke-2 ini PSHT buka beberapa cabang di Magetan, Surabaya, Mojokerto, Yogyakarta, dan Solo.
Di tahun 1974, transisi ujung tombak pimpinan diselenggarakan konferensi di Madiun yang putuskan Mas Imam Koesoepangat (dikenali dengan panggilan Pandhita Wesi Kuning sebagai ketua pusat. tiga tahun selanjutnya, diselenggarakan konferensi kembali dan hasilkan nama Badini sebagai ketua seterusnya. Pada periode ini organisasi alami permasalahan keuangan hingga salah satunya pendekarnya yang namanya Tarmidji Boedi Harsono keluar dengan jalan keluar polemis, yaitu mengganti mekanisme pembayaran legitimasi masyarakat dari memakai uang logam lama (eceran atau benggolan) jadi uang logam yang berjalan (baik rupiah atau yang lain seperti dolar, ringgit, atau riyal) agar menolong keuangan organisasi.
Awalnya uang eceran dan benggolan didapatkan dengan beli dari istri Ki Hardjo Oetomo, Inem, sekalian sebagai wujud terima kasih organisasi untuk menolong keluarga Ki Hardjo Oetomo. Karena itu Tarmidji memberikan keyakinan kesemua faksi yang menanyakan saran itu karena PSHT telah beralih menjadi organisasi kekinian sebagai punya anggota bukan perseorangan kembali dan untuk menolong keluarga Ki Hardjo Oetomo telah disiapkan jalan keluar lain. Di tahun 1981, Tarmidji Boedi Harsono diangkat sebagai ketua.
Di tahun 2000, konferensi transisi diselenggarakan kembali dengan jadikan kembali Tarmidji Boedi Harsono sebagai ketua dan diperlengkapi dengan 9 figur yang lain sebagai dewan pusat atau yang dikenali sebagai Nawa Pandhita. Dan di tahun 2016 ketua pusat PSHT dijabat oleh Muhammad tetapi tiak berlalu lama karena ada kontra dan pro pimpinan pusat ditukar dengan melangsungkan prapatan mulia hasilkan ketua pusat semenjak 2017 s/d 2026 yaknik Moerdjoko HW.