Syariat Tarekat Hakikat Makrifat
Pendahuluan Ilmu Tasawuf
Pengertian Tasawuf secara Etimologi dan Terminologi
Struktur Pembelajaran Ilmu Tasawuf
4 Konsep Ilmu Tasawuf
- Konsep Syariat Islam
Syariat adalah konsep pertama dalam tasawuf. Syariat adalah hukum-hukum Islam yang harus diikuti oleh umat Islam. Hukum-hukum ini tercantum dalam Al-Quran dan hadis, dan memuat berbagai macam aturan yang harus dipatuhi dalam kehidupan sehari-hari, seperti sholat, puasa, zakat, dan haji. Syariat merupakan dasar dari tasawuf, karena syariat mengajarkan kepada umat Islam untuk hidup sesuai dengan ajaran Islam yang benar.
- Konsep Tarekat Islam
Tarekat adalah konsep kedua dalam tasawuf. Tarekat adalah cara untuk memperdalam pengalaman spiritual seseorang melalui guru spiritual atau syekh. Tarekat bertujuan untuk membantu seseorang dalam mencapai kesadaran spiritual dan mencapai kedekatan dengan Tuhan. Tarekat memuat berbagai macam metode dan praktik spiritual, seperti zikir, meditasi, dan puasa. Tarekat mengajarkan seseorang untuk melaksanakan syariat dengan benar, sehingga dapat mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi.
- Konsep Hakikat Islam
Hakikat adalah konsep ketiga dalam tasawuf. Hakikat merupakan tingkat pemahaman spiritual yang lebih dalam. Hakikat mengajarkan seseorang untuk memahami makna di balik hukum-hukum Islam yang dipelajari dalam syariat. Hakikat mengajarkan seseorang untuk mencari dan menemukan kebenaran sejati tentang Tuhan dan dunia. Hakikat merupakan tahap penting dalam tasawuf, karena hanya dengan pemahaman yang benar tentang hakikat, seseorang dapat mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi.
- Konsep Makrifat Islam
Makrifat adalah konsep keempat dalam tasawuf. Makrifat merupakan tingkat tertinggi dalam ilmu spiritual tasawuf. Makrifat mengajarkan seseorang untuk mencapai pengalaman spiritual yang paling dalam, dan mendapatkan kesadaran tentang keberadaan Tuhan yang paling sempurna. Makrifat dapat dicapai melalui pengalaman langsung dengan Tuhan, dan hanya dapat dicapai oleh mereka yang telah mencapai tingkat kesadaran yang sangat tinggi. Makrifat merupakan puncak dari kesadaran spiritual dalam tasawuf.
Penjelasan Kata “Pengertian” dengan “Konsep”
- Dalam konteks Islam, “Pengertian Syariat Islam” merujuk pada pemahaman tentang aturan-aturan atau hukum-hukum yang harus diikuti oleh umat Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan “Konsep Syariat Islam” mengacu pada ide atau gagasan tentang kepatuhan umat Islam terhadap hukum-hukum tersebut sebagai bagian dari ibadah dan tanggung jawab mereka sebagai seorang muslim.
- “Pengertian Tarekat Islam” merujuk pada pemahaman tentang jalan spiritual yang ditempuh oleh umat Islam untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan. Sedangkan “Konsep Tarekat Islam” mengacu pada ide atau gagasan tentang prinsip-prinsip dan praktik-praktik spiritual dalam Islam yang membantu seseorang mencapai kesadaran spiritual yang lebih dalam.
- “Pengertian Hakikat Islam” merujuk pada pemahaman tentang esensi atau hakikat sejati dari Islam sebagai agama yang menuntun manusia untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan. Sedangkan “Konsep Hakikat Islam” mengacu pada ide atau gagasan tentang makna sejati dari ajaran-ajaran Islam dan bagaimana ajaran tersebut harus dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
- “Pengertian Makrifat Islam” merujuk pada pemahaman tentang pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh oleh seseorang melalui praktik-praktik spiritual dalam Islam untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang kebenaran dan kedekatan dengan Tuhan. Sedangkan “Konsep Makrifat Islam” mengacu pada ide atau gagasan tentang proses dan prinsip-prinsip yang harus diikuti dalam mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang Tuhan dan kebenaran dalam Islam.
Bagaimana Keempat Konsep Terkait dalam Tasawuf
Pengaruh Tasawuf dalam Kehidupan Sehari-Hari
Arti dan Makna dari Kata Risalah dan Kitab
Referensi Kitab untuk memperdalam Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat
- Risalah Qushairiyah:
- Kitab yang ditulis oleh Abu al-Qasim al-Qushairi yang membahas tentang tarekat dan tasawuf.
- Kitab atau risalah Qushairiyah memiliki jumlah halaman yang berbeda-beda pada tiap terbitan dan terjemahannya, namun secara umum biasanya berkisar antara 100-300 halaman.
- Al-Hikam:
- Kitab karya Ibnu Athaillah al-Iskandari yang membahas tentang hakikat tasawuf dan praktik-praktik spiritual dalam tasawuf.
- Kitab Al-Hikam karya Ibnu Athaillah al-Iskandari memiliki jumlah halaman sekitar 100-150 halaman pada tiap terbitan dan terjemahannya.
- Ihya Ulumuddin:
- Kitab karya Imam al-Ghazali yang membahas tentang berbagai aspek agama Islam, termasuk tasawuf.
- Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam al-Ghazali memiliki jumlah halaman yang sangat banyak, yaitu sekitar 3000-4000 halaman pada tiap terbitan dan terjemahannya.
- Fusus al-Hikam:
- Kitab karya Ibnu Arabi yang membahas tentang konsep-konsep dalam tasawuf, seperti wahdatul wujud dan hakikat manusia.
- Kitab Fusus al-Hikam karya Ibnu Arabi memiliki jumlah halaman sekitar 200-300 halaman pada tiap terbitan dan terjemahannya.
- Al-Qur’an:
- Sumber utama ajaran Islam yang berisi banyak hukum dan nilai-nilai spiritual yang menjadi dasar bagi praktik tasawuf.
- Sementara itu, Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam terdiri dari 114 surah dengan jumlah halaman yang berbeda-beda pada tiap terbitan dan terjemahannya, namun secara umum biasanya berkisar antara 500-1000 halaman.
Hukum Belajar Kitab diluar Kitab Suci Al-Quran
- Firman Allah dalam Surah Al-Imran ayat 7:
- Bahasa Arab
- Firman Allah dalam Surah Al-Imran ayat 7:
هُوَ الَّذِيَ أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
- Bahasa Latin
Huwa alladhi anzala ‘alayka alkitaba minhu ayatun muhkamatun hunna ummu alkitabi waokharu mutashabihatun fa-amma alladheena fee qulubihim zayghun fayattabi’oona ma tashabaha minhu ibtighaa’a alfitnati waibtighaa’a t’awilihi wa ma ya’lamu t’awilahu illa Allah wa al-rasikhuna fi al-‘ilmi yaquluna amanna bihi kullun min ‘indi rabbina wa ma yadhdhakkaru illa ulu al-albab.
- Artinya
“Hanya Dialah yang menurunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad), di dalamnya terdapat ayat-ayat yang muhkam (yang merupakan pokok hukum), itulah kitab (Al-Qur’an) itu; dan yang lain (ayat-ayat mutasyabihat) adalah ayat-ayat yang samar-samar. Adapun orang-orang yang condong kepada kesesatan dalam hatinya, maka mereka mengikuti yang samar-samar itu dengan maksud mencari-cari fitnah dan mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada kitab (Al-Qur’an) itu, semuanya dari sisi Tuhan kami”. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran (dari ayat-ayat mutasyabihat) kecuali orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Imran: 7)
- Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 269:
- Bahasa Arab
- Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 269:
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
- Bahasa Latin
Yu’ti al-hikmata man yasya’u, wa man yu’ta al-hikmata faqad utiya khairan katsiran, wa ma yadhdhakkaru illa ulu al-albab.
- Artinya
“Allah memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sesungguhnya ia telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidaklah mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 269)
- Firman Allah dalam Surah An-Nahl ayat 43:
- Bahasa Arab
- Firman Allah dalam Surah An-Nahl ayat 43:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي إِلَيْهِمْ ۖ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
- Bahasa Latin
Wa ma arsalna min qablika illa rijalan nuhi ilayhim, fa s’aloo ahladz dzikri in kuntum la ta’lamun.
- Artinya
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu (Muhammad) melainkan laki-laki biasa yang Kami wahyukan kepada mereka. Maka bertanyalah kepada orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)
- Hadist dari Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud:
- “Barangsiapa yang mengajarkan satu ilmu, maka ia akan diberi pahala sebanyak orang yang mempelajarinya, tanpa mengurangi pahala orang-orang yang mempelajarinya.” (HR. Abu Daud)
- Artinya: Orang yang mengajarkan ilmu agama kepada orang lain akan mendapatkan pahala sebanyak orang yang mempelajarinya, tanpa mengurangi pahala yang diperoleh oleh orang-orang yang mempelajarinya.
- Hadist ini menunjukkan pentingnya mempelajari ilmu agama dan juga mengajarkannya kepada orang lain. Seorang guru atau pengajar akan mendapatkan pahala yang besar ketika ia mengajarkan ilmu agama kepada orang lain dan membuat orang-orang dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan baik.
- Hadist dari Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi:
- “Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. At-Tirmidzi)
- Artinya: Allah akan memudahkan jalan menuju surga bagi orang yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu agama.
- Hadist ini menunjukkan betapa pentingnya mempelajari ilmu agama dan mencari pengetahuan tentang agama. Allah SWT akan mempermudah jalan menuju surga bagi orang-orang yang berusaha mencari ilmu agama, sehingga mereka dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar.
Kitab Tasawuf Paling Tinggi
1. Risalah Qushairiyah adalah Kitab Tasawuf Karya Abu al-Qasim al-Qushairi
- Pengenalan tentang Allah: Kitab ini membahas secara rinci tentang sifat-sifat Allah dan bagaimana cara mengenal-Nya dengan benar. Hal ini penting karena keimanan yang benar adalah fondasi utama dalam Islam.
- Menjaga hubungan dengan Allah: Risalah Qushairiyah membahas cara-cara untuk mempererat hubungan dengan Allah, seperti dzikir, doa, puasa, dan ibadah-ibadah lainnya.
- Merawat hati: Kitab ini juga membahas pentingnya merawat hati dan menjaga kesucian hati. Hati yang bersih adalah kunci untuk mencapai keridhaan Allah.
- Pengembangan diri: Risalah Qushairiyah membahas cara-cara untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kesadaran spiritual. Hal ini termasuk mengendalikan hawa nafsu dan menghilangkan egoisme.
- Pengenalan tentang diri sendiri: Kitab ini juga membahas tentang pengenalan diri sendiri dan cara-cara untuk memahami sifat-sifat diri. Hal ini akan membantu seseorang untuk memperbaiki diri dan memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan.
- Cinta kepada Allah: Risalah Qushairiyah menekankan pentingnya cinta kepada Allah dan bagaimana cara mengembangkan cinta tersebut. Cinta ini akan membawa kebahagiaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah.
- Kesabaran dan tawakal: Kitab ini juga membahas tentang pentingnya kesabaran dan tawakal dalam menghadapi cobaan dan ujian dalam hidup. Dengan kesabaran dan tawakal, seseorang dapat memperoleh kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup.
2. Kitab Al-Hikam adalah Kitab Tasawuf Karya Ibnu Athaillah al-Iskandari
- Pemahaman tentang Tuhan: Kitab Al-Hikam mengajarkan tentang pentingnya pemahaman yang benar tentang Tuhan. Seseorang harus memiliki keimanan yang kuat pada Tuhan dan menghindari kesalahan pemahaman tentang sifat-sifat Tuhan.
- Mengetahui diri sendiri: Kitab Al-Hikam mengajarkan tentang pentingnya memahami diri sendiri, mencari kesalahan yang ada pada diri, dan berusaha untuk memperbaiki diri.
- Menjaga hati: Kitab Al-Hikam mengajarkan tentang pentingnya menjaga hati agar selalu bersih dan jernih, serta menghindari pengaruh negatif dari luar.
- Membangun hubungan dengan Allah: Kitab Al-Hikam mengajarkan tentang pentingnya membangun hubungan yang erat dengan Allah melalui berbagai praktik spiritual seperti shalat, dzikir, dan puasa.
- Kesederhanaan dalam hidup: Kitab Al-Hikam mengajarkan tentang pentingnya hidup dengan sederhana dan tidak terlalu bergantung pada harta dan dunia.
- Sabar dan syukur: Kitab Al-Hikam mengajarkan tentang pentingnya bersabar dan bersyukur dalam menghadapi cobaan hidup.
- Kerendahan hati: Kitab Al-Hikam mengajarkan tentang pentingnya memiliki kerendahan hati dan menghindari sikap sombong dan angkuh.
3. Kitab Ihya Ulumuddin adalah Kitab Tasawuf Karya Imam al-Ghazali
- Arti dari Ihya Ulumuddin: Kitab ini memiliki arti “Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama”. Artinya, Imam al-Ghazali ingin mengajak umat Islam untuk kembali mempelajari dan mempraktikkan ajaran-ajaran agama secara benar dan tepat.
- Pemahaman tentang aqidah: Kitab Ihya Ulumuddin membahas tentang pemahaman yang benar tentang aqidah dan keyakinan dalam agama Islam.
- Praktik-praktik ibadah: Kitab ini juga membahas tentang praktik-praktik ibadah dalam agama Islam seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
- Etika dan moral: Kitab Ihya Ulumuddin juga membahas tentang etika dan moral dalam Islam serta mengajarkan tentang pentingnya memiliki karakter yang baik.
- Akhlak dan spiritualitas: Kitab ini juga membahas tentang akhlak dan spiritualitas dalam Islam, serta memberikan panduan tentang bagaimana cara memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas spiritualitas seseorang.
- Sains dan filsafat: Selain itu, Kitab Ihya Ulumuddin juga membahas tentang sains dan filsafat Islam serta memberikan penjelasan tentang hubungan antara agama dan sains.
- Kesimpulan dan penutup: Kitab ini diakhiri dengan kesimpulan dan penutup yang memuat pesan-pesan penting bagi umat Islam.
4. Kitab Fusus adalah Kitab Tasawuf al-Hikam Karya Ibnu Arabi
- Arti dari Fusus al-Hikam: Kitab ini memiliki arti “Kernunan-kernunan Hikmah”. Artinya, Ibnu Arabi ingin mengajak pembacanya untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang hikmah dan kebijaksanaan dari sudut pandang sufi.
- Pembahasan tentang tauhid: Kitab Fusus al-Hikam membahas tentang konsep tauhid dan memberikan penjelasan yang sangat mendalam tentang hubungan antara Tuhan dan alam semesta.
- Konsep tentang wujud: Kitab ini juga membahas tentang konsep tentang wujud dan memberikan penjelasan tentang hakikat dari segala yang ada.
- Filsafat sufi: Kitab Fusus al-Hikam juga membahas tentang filsafat sufi dan memberikan pandangan-pandangan yang sangat dalam tentang hubungan antara manusia dan Tuhan.
- Keterkaitan antara hakikat dan bentuk: Kitab ini juga membahas tentang keterkaitan antara hakikat dan bentuk, serta memberikan penjelasan tentang bagaimana cara memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang hakikat segala sesuatu.
- Konsep tentang kematian: Kitab ini juga membahas tentang konsep tentang kematian dan memberikan pandangan yang sangat mendalam tentang kehidupan sesudah kematian.
- Kesimpulan dan penutup: Kitab Fusus al-Hikam diakhiri dengan kesimpulan dan penutup yang memuat pesan-pesan penting bagi pembaca.
5. Kitab Suci Al-Qur’an yang di Wahyukan Allah SWT
Tentang Waktu Lahir, Wafat dan Umur dari Tokoh Islam Pengarang Kitab Tasawuf
- Abu al-Qasim al-Qushairi:
- Abu al-Qasim al-Qushairi lahir pada tahun 376 H di Nishapur, Iran, dan wafat pada tahun 465 H di desa Khushyar, sekitar 70 kilometer dari kota Tus, Iran. Ia meninggal pada usia 89 tahun.
- Abu al-Qasim al-Qushairi (wafat 1072 M) adalah seorang sufi, cendekiawan dan teolog Muslim dari Persia. Beliau dikenal sebagai penulis kitab klasik tasawuf, yaitu Risalah Qushairiyah, yang menjelaskan tentang konsep-konsep dasar tasawuf dan metodologi spiritual. Selain itu, beliau juga mengajar di Masjidil Haram di Mekah dan mempengaruhi banyak ulama dan tokoh tasawuf di dunia Islam.
- Ibnu Athaillah al-Iskandari:
- Ibnu Athaillah al-Iskandari lahir pada tahun 638 H di Aleksandria, Mesir, dan wafat pada tahun 709 H di kota yang sama. Ia meninggal pada usia 71 tahun.
- Ibnu Athaillah al-Iskandari (wafat 1309 M) adalah seorang sufi dan cendekiawan Muslim dari Mesir. Beliau dikenal sebagai penulis kitab klasik tasawuf, yaitu Al-Hikam, yang berisi kumpulan nasihat-nasihat spiritual yang mendalam dan berisi hikmah tentang kehidupan manusia. Kitab tersebut sangat populer di dunia Islam dan masih banyak dibaca dan dijadikan rujukan hingga kini.
- Imam al-Ghazali:
- Imam al-Ghazali lahir pada tahun 450 H di kota Tus, Iran, dan wafat pada tahun 505 H di kota yang sama. Ia meninggal pada usia 55 tahun.
- Imam al-Ghazali (wafat 1111 M) adalah seorang cendekiawan, filosof, dan teolog Muslim dari Persia. Beliau dikenal sebagai penulis kitab klasik Islam, yaitu Ihya Ulumuddin, yang berisi kumpulan tulisan tentang spiritualitas Islam, akhlak, dan metodologi kehidupan. Kitab tersebut sangat terkenal dan dianggap sebagai karya besar di dunia Islam dan masih banyak dibaca hingga kini.
- Ibnu Arabi:
- Ibnu Arabi lahir pada tahun 560 H di Murcia, Spanyol, dan wafat pada tahun 638 H di Damaskus, Suriah. Ia meninggal pada usia 78 tahun.
- Ibnu Arabi (wafat 1240 M) adalah seorang sufi dan cendekiawan Muslim dari Spanyol. Beliau dikenal sebagai tokoh besar dalam tradisi tasawuf, yang menekankan tentang pengalaman batin dan kesatuan Tuhan dalam segala aspek kehidupan manusia. Beliau juga dikenal sebagai penulis kitab klasik tasawuf, yaitu Fusus al-Hikam, yang menjelaskan tentang konsep-konsep tasawuf yang mendalam dan kompleks. Kitab tersebut masih banyak dibaca dan dijadikan rujukan di dunia Islam hingga kini.
Arti dan Makna Kata Sufi, Cendekiawan, Filosof dan Teolog
- Kata Sufi merujuk pada seorang muslim yang mendalami dan mengamalkan ajaran tasawuf, yakni cabang ilmu Islam yang mengkaji tentang kehidupan spiritual dan pengalaman batin. Seorang Sufi berusaha untuk mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi dan mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui zikir, meditasi, dan latihan-latihan spiritual lainnya.
- Cendekiawan merujuk pada orang yang memiliki pengetahuan yang luas di berbagai bidang dan memiliki kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mengkritisi berbagai masalah secara mendalam. Cendekiawan biasanya memiliki pendidikan tinggi dan memiliki kontribusi besar dalam memajukan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
- Filosof merujuk pada seorang ahli pemikiran yang mempelajari dan mempertanyakan hakikat kehidupan dan alam semesta. Filosof biasanya mengembangkan teori-teori dan konsep-konsep abstrak yang berhubungan dengan masalah-masalah filosofis seperti kebenaran, keadilan, dan eksistensi.
- Teolog merujuk pada seorang ahli dalam bidang teologi atau ilmu ketuhanan yang mempelajari tentang keberadaan Tuhan, ajaran agama, dan relasi antara manusia dan Tuhan. Seorang teolog biasanya memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kitab-kitab suci dan ajaran-ajaran agama tertentu serta memiliki kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan ajaran tersebut secara mendalam.
Kesimpulan
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 001
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 002
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 003
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 004
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 005
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 006
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 007
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 008
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 009
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 010
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 011
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 012
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 013
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 014
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 015
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 016
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 017
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 018
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 019
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 020
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 021
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 022
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 023
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 024
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 025
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 026
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 027
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 028
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 029
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 030
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 031
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 032
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 033
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 034
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 035
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 036
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 037
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 038
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 039
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 040
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 041
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 042
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 043
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 044
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 045
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 046
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 047
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 048
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 049
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 050
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 051
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 052
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 053
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 054
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 055
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 056
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 057
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 058
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 059
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 060
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 061
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 062
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 063
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 064
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 065
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 066
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 067
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 068
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 069
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 070
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 071
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 072
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 073
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 074
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 075
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 076
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 077
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 078
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 079
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 080
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 081
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 082
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 083
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 084
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 085
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 086
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 087
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 088
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 089
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 090
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 091
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 092
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 093
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 094
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 095
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 096
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 097
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 098
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 099
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 100
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 101
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 102
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 103
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 104
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 105
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 106
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 107
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 108
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 109
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 110
Ibnu Athoillah Assakandari | Al Hikam – 111
<audio controls=”controls” src=”https://docs.google.com/uc?expor